Dalam diskusi ini, Rifda dan Rani berbagi pengalaman tentang pentingnya peran dari keluarga, pelatih, dan federasi sebagai support system dalam mencapai mimpinya tampil di Olimpiade. Rifda menampilkan performa penuh perjuangan di Bercy Arena, Paris, dalam nomor All Around, meski tengah menghadapi cedera di bagian meniskus dan ACL.
“Nilai-nilai Olimpiade seperti disiplin dan ketangguhan mental menjadi pedoman saya dalam menghadapi setiap tantangan. Jadi meski saya dalam kondisi cedera, saya punya tekad untuk tetap menyelesaikan apa yang sudah saya impikan, tampil di Olimpiade,” kata Rifda.
Sementara Rani merupakan judoka putri Indonesia yang lolos ke Olimpiade dalam 32 tahun terakhir usai menempati peringkat keenam continental Asia. Bahkan, ia mampu melampaui capaian Olympian judo sebelumnya, Krisna Bayu dan I Putu Wiradamungga Adesta yang mampu bermain di dua babak sebelum akhirnya terhenti di babak 16 besar Olimpiade Paris 2024.
“Support System baik dari pengurus cabang olahraga, keluarga, maupun teman-teman menjadi salah satu motivasi terbesar saya dalam meraih mimpi tampil di Olimpiade. Terutama di saat sedang lelah kehadiran mereka bisa membuat saya tetap semangat untuk memberikan yang terbaik,” imbuh Rani.