IPOL.ID – Wakil Presiden Bank Sentral Eropa menyatakan bahwa rencana pengeluaran Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump berpotensi memperburuk defisit anggaran AS dan membuat pasar khawatir.
Luis de Guindos pada Senin (18/11/2024) mengatakan, dalam sebuah konferensi perbankan di Frankfurt bahwa Amerika Serikat saat ini sudah memiliki rasio utang publik hampir 100 persen dari produk domestik bruto (PDB), dengan defisit pengeluaran mendekati tujuh persen.
“Presiden terpilih (Trump) berjanji untuk mengurangi pajak dan mungkin tidak memangkas pengeluaran publik,” kata de Guindos dilansir VOA, Rabu (20/11/2024).
Rencana tersebut dapat menyebabkan defisit meningkat dan “menimbulkan kekhawatiran di pasar,” ujar de Guindos.
Sejak berhasil menang dengan gemilang dalam pemilihan presiden pada awal bulan ini, Trump belum mengumumkan sosok yang akan menjadi menteri keuangan dalam kabinetnya.
Namun, dia telah menunjuk orang terkaya di dunia, Elon Musk, dan pengusaha Vivek Ramaswamy untuk memimpin departemen efisiensi pemerintah yang baru dibentuk.
Trump meminta kedua tokoh tersebut untuk memangkas birokrasi dan “pengeluaran yang tidak efisien.” Musk sendiri berjanji akan memangkas anggaran federal sebesar $2 triliun.
Selain rencana pengeluaran Trump, program kenaikan tarifnya juga menimbulkan kekhawatiran di Eropa. Para petinggi khawatir tarif impor yang lebih tinggi bisa memperlambat perdagangan dan membebani perekonomian.
“Prospek pertumbuhan terhalang oleh ketidakpastian mengenai kebijakan ekonomi dan situasi geopolitik, baik di kawasan euro maupun secara global,” jelas de Guindos.
“Ketegangan perdagangan dapat meningkat lebih jauh,” dengan risiko yang diakibatkannya bagi aktivitas ekonomi,” terangnya.
Konteks ini semakin memperburuk “masalah struktural seperti rendahnya produktivitas dan potensi pertumbuhan kawasan euro yang lemah,” tukasnya.
Karena inflasi di zona euro telah mereda kembali ke target dua persen, bank sentral mulai menurunkan suku bunga. (Joesvicar Iqbal)