Tetapi pola pemberian suara yang didapati dalam jajak pendapat CAIR menandai perubahan tajam dari 20 tahun terakhir, ketika Muslim Amerika dengan suara berlimpah mendukung pasangan kandidat partai Demokrat, kata Robert McCaw, direktur CAIR untuk urusan pemerintahan.
“Ini adalah pertama kalinya dalam 20 tahun lebih masyarakat Muslim terpecah antara tiga kandidat,” kata McCaw dalam wawancara dengan VOA.
Pergeseran dalam suara Muslim tersebut terlihat di kalangan pemilih Amerika keturunan Arab, yang mendukung kandidat presiden dari partai Demokrat daripada kandidat partai Republik dengan perbandingan 2:1 selama lebih dari dua dekade, kata James Zogby, presiden Institut Arab Amerika.
Kelompok itu tidak melakukan exit poll. Tetapi menjelang pemilihan, jajak pendapat yang dilakukan kelompok itu mengindikasikan bahwa suara dari komunitas Arab akan terbagi 42% berbanding 41% antara Trump dan Harris. Zogby mengatakan hasil pemilu kemungkinan mencerminkan keretakan itu.
“[Situasi di] Gaza berdampak serius dan menyebabkan ketidakpuasan sangat besar di antara kelompok-kelompok demografis di komunitas, yang tidak saya duga akan berdampak sebesar itu,” kata Zogby kepada VOA. “Apa yang mereka lihat terjadi di Gaza berdampak sangat dalam pada mereka.”