IPOL.ID – Air mobility atau mobilitas udara telah menjadi salah satu inovasi teknologi paling revolusioner dalam beberapa dekade terakhir. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi mutakhir, konsep ini melibatkan transportasi udara jarak dekat menggunakan drone, pesawat listrik, dan kendaraan udara otonom. Karena itu tak salah bila akademisi dari Jepang dan Indonesia bertemu membicarakan hal tersebut.
Sebab perkembangan air mobility telah membuka jalan bagi solusi mobilitas yang lebih efisien, cepat, dan ramah lingkungan, terutama di wilayah urban dan daerah terpencil. Dan Jepang adalah salah satu negara yang memimpin pengembangan air mobility, menggabungkan teknologi canggih dan infrastruktur modern.
Dalam konteks ini, diskusi akademis di Universitas Hosei Tokyo pada 11-13 Desember yang melibatkan para pakar dari Jepang dan Indonesia menjadi salah satu tonggak penting. Pertemuan tersebut dihadiri oleh akademisi dari Universitas Hosei: Prof. Dr. Morikawa, yang juga ahli dalam riset akustik, dan pesawat terbang, Dr. Hatsuda, spesialis dalam teknologi kelistrikan, keduanya yang juga mewakili HIEN Technology, Jepang. Takeshi Hompo, seorang insinyur kedirgantaraan lulusan Universitas Washington dari Chuosenko Indonesia. Dari pihak Indonesia, hadir pula Firmantoko Soetopo, Master System Engineering dari Bagaskara Jakarta, dan Prof. Dr. Rudy Harjanto, Kepala Program Doktor Komunikasi LSPR.
Menurut Rudy Harjanto, Jepang telah memanfaatkan teknologi maju untuk mendorong pengembangan air mobility. Salah satu inovasi utama adalah kendaraan udara listrik yang mampu terbang secara otonom.
HIEN Technology, perusahaan yang dipimpin oleh Dr. Hatsuda, telah memperkenalkan sistem propulsi listrik hemat energi yang mendukung keberlanjutan lingkungan. Teknologi ini dirancang untuk mengurangi emisi karbon secara signifikan, menjadikan air mobility sebagai solusi transportasi masa depan yang ramah lingkungan, dan memastikan bahwa kendaraan udara masa depan tidak hanya efisien tetapi juga tidak mengganggu kenyamanan masyarakat urban.
“Kota-kota besar seperti Tokyo, Bangkok, dan Jakarta menghadapi tantangan kemacetan lalu lintas yang signifikan. Air mobility menawarkan solusi praktis melalui layanan taksi udara yang dapat mengurangi beban transportasi darat,” kata Prof. Rudy.
“Di sisi lain, di wilayah terpencil dan kepulauan, seperti Okinawa dan maupun daerah bencana air mobility menjadi alat vital untuk pengiriman logistik, terutama makanan dan obat-obatan,” tambahnya.
Solusi ini dianggap sangatlah penting. Apalagi sebagai negara yang sering dilanda bencana alam, Jepang bisa menggunakan air mobility untuk mendukung operasi penyelamatan. Sebab kendaraan udara otonom mampu mengirimkan bantuan ke daerah yang sulit dijangkau. Teknologi ini memainkan peran penting selama bencana gempa dan tsunami di Fukushima, di mana drone digunakan untuk memantau daerah terdampak dan mengirimkan pasokan darurat.
“Air mobility memberikan berbagai manfaat sosial, seperti aksesibilitas yang memudahkan masyarakat di daerah terpencil untuk mendapatkan kebutuhan pokok, layanan kesehatan, dan pendidikan. Kendaraan udara otonom mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas dibandingkan transportasi darat, dan dalam situasi darurat, mobilitas udara memungkinkan pengiriman bantuan dengan cepat,” jelas Prof. Rudy.
Manfaat Ekonomi Air Mobility