IPOL.ID – Seluruh wilayah di Pulau Jawa harus bersiaga menghadapi potensi bencana alam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut potensi bencana itu ditimbulkan akibat peningkatan intensitas hujan hingga awal 2025.
“Kondisi tersebut disebabkan yang terjadi saat ini masih awal, puncaknya akan berlangsung awal 2025 sebagaimana prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG),” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam konferensi pers Disaster Briefing, Selasa (10/12/2024).
Berdasarkan analisis BMKG, Pulau Jawa, dan 60 persen zona musim di Indonesia lainnya, saat ini sudah berada pada musim penghujan dan puncaknya berlangsung sampai kuartal pertama 2025.
Dalam rentang waktu tersebut, BMKG melaporkan hujan meningkat sebesar 20 persen ketimbang kondisi normal karena dipengaruhi sejumlah fenomena atmosfer seperti Madden Julian Osciliation (MJO), gelombang ekuatorial Rossby, gelombang Kelvin, La Nina lemah, dan dapat diperkuat dengan adanya siklon tropis atau bibit siklon tropis.
“Peringatan tersebut harus diperhatikan dengan betul bagi masyarakat dan pemerintah daerah demi meminimalisasi dampak buruk yang akan ditimbulkan. Sebagai usaha peningkatan kesiapsiagaan, hal yang dapat dilakukan ialah mengintensifkan pengecekan pada kawasan aliran sungai, perbukitan, tebing curam, mempersiapkan peralatan, anggaran, dan menetapkan status tanggap darurat bencana,” katanya.
“Kalau daerah sudah langganan bencana segeralah menetapkan status tanggap darurat sehingga pemerintah pusat dalam hal ini BNPB bisa memberi pendampingan kepada daerah,” tambahnya.
Berdasarkan data rekapitulasi BNPB, banjir dan tanah longsor mendominasi kejadian bencana pada sejumlah daerah di Pulau Jawa pada 2-9 Desember 2024. Bencana terjadi di Kabupaten Pandeglang, Lebak, Serang, Cianjur, Sukabumi, Kabupaten Bogor, Pasuruan, Sumenep, Malang, Bandung Barat, dan Cilacap.(sofian)