“Ini diprediksi akan bertahan di wilayah Indonesia hingga minggu terakhir Desember,” tambah Dwikorita.
Faktor lainnya, kemunculan bibit badai tropis yang dinamakan 91S. Keberadaannya di arah barat daya Banten dan disebut “telah berdampak banjir bandang di Sukabumi”.
Bibit siklon ini memicu kekhawatiran terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin kencang. Wilayahnya yang mungkin terdampak adalah Lampung, Banten, Jawa Barat dan “hampir merata ini di Jabodetabek”.
Siklon ini juga memicu gelombang laut dengan ketinggian 1,25-2,5 meter yang berpotensi terjadi di wilayah Samudera Hindia Selatan, Bali hingga Nusa Tenggara Timur. Gelombang tinggi 2,5-4 meter juga berpotensi terjadi di perairan Bengkulu hingga Pulau Enggano, Barat Lampung hingga Lampung.
“Juga berpotensi terjadi di Selat Sunda bagian Barat dan Selatan serta di perairan Selatan Banten, perairan Garut hingga Pangandaran dan Samudera Hindia Selatan Banten hingga Jawa Timur,” ujar Dwikorita.
Dalam satu kesempatan di rapat DPR, mantan rektor Universitas Gadjah Mada ini juga mengemukakan “skenario terburuk” dari curah hujan ekstrem kali ini yang bisa menyebabkan bencana banjir di Jabodetabek pada 2020 silam.