“Maka itu, maaf. Kalimat terakhir dari sambutan saya yang harus saya sampaikan, maaf. Saya sedih. Saya prihatin, kalau kabinet dan dibentuk oleh presiden baru saat ini, masih ada bau anyir darah Km 50,” terangnya.
“Karena ada beberapa orang yang diduga terlibat langsung atau tidak langsung dalam peristiwa Km 50, justru diangkat masuk duduk dalam kabinet,” sambungnya.
Seruan ini juga menggambarkan tekad untuk terus mencari keadilan bagi para korban peristiwa tersebut. HRS menyampaikan dukungan sekaligus kritik terhadap pemerintahan baru, menunjukkan posisinya sebagai tokoh yang ingin mengawal kebijakan dan keadilan di Indonesia. (tim)