IPOL.ID – Presiden Amerika Seikat (AS) Joe Biden sedang mempersiapkan penjualan senjata senilai USD8 miliar atau sekitar Rp129 triliun kepada Israel, sebuah langkah yang diumumkan hanya dua minggu sebelum masa jabatannya berakhir.
Rencana tersebut telah disampaikan kepada Kongres oleh Departemen Luar Negeri AS dan mencakup rudal, peluru, serta amunisi lainnya.
Pengiriman senjata ini membutuhkan persetujuan dari komite di DPR dan Senat. Jika disetujui, ini akan menjadi salah satu penjualan terakhir yang direncanakan oleh pemerintahan Biden kepada Israel sebelum ia menyerahkan jabatan kepada Presiden terpilih Donald Trump pada 20 Januari 2025.
Langkah ini datang di tengah tekanan internasional untuk menangguhkan dukungan militer AS kepada Israel akibat jumlah korban sipil yang tinggi selama konflik di Gaza.
Washington sebelumnya telah menolak seruan tersebut, dengan alasan hak Israel untuk mempertahankan diri.
“Presiden telah menegaskan bahwa Israel memiliki hak untuk membela warga negaranya, sesuai dengan hukum internasional dan hukum humaniter internasional, dan untuk mencegah agresi dari Iran dan organisasi-organisasi proksinya,” kata seorang sumber yang mengetahui penjualan tersebut mengatakan kepada BBC, Sabtu (4/1).
“Kami akan terus memberikan kemampuan yang diperlukan untuk pertahanan Israel.”
Pada Agustus, AS menyetujui penjualan jet tempur dan peralatan militer lainnya senilai USD20 miliar kepada Israel.
Pengiriman terbaru yang direncanakan berisi rudal udara-ke-udara, rudal Hellfire, peluru artileri dan bom, kata pejabat AS tersebut.
Biden sering menggambarkan dukungan AS untuk Israel sebagai dukungan yang kuat.
AS sejauh ini merupakan pemasok senjata terbesar bagi Israel, yang telah membantunya membangun salah satu militer paling canggih secara teknologi di dunia.
Menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), AS menyumbang 69 persen dari impor senjata konvensional utama Israel antara tahun 2019 dan 2023.
Pada Mei 2024, AS mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menghentikan pengiriman satu kiriman bom seberat 2.000 pon dan 500 pon karena kekhawatiran bahwa Israel akan melakukan operasi darat besar-besaran di kota Rafah, Gaza selatan.
Namun Biden segera menghadapi reaksi keras dari Partai Republik di Washington dan dari Netanyahu yang tampaknya membandingkannya dengan “embargo senjata”. Biden kemudian mencabut sebagian penangguhan tersebut dan tidak mengulanginya lagi.
Pengiriman yang direncanakan adalah salah satu dari sejumlah langkah yang diambil oleh pemerintahan Biden dalam beberapa minggu terakhir, ketika presiden yang akan segera berakhir masa jabatannya itu berusaha untuk menopang warisannya.
Presiden terpilih sebelumnya telah berbicara tentang mengakhiri konflik luar negeri, dan mengurangi keterlibatan AS, termasuk selama upaya pemilihannya kembali.
Trump telah memposisikan dirinya sebagai pendukung setia Israel, namun telah mendesak sekutu Amerika tersebut untuk menyelesaikan operasi militernya di Gaza dengan cepat. (far)