Sementara itu, Ketua Umum Dewan Jamu Indonesia Daniel Tjen mengapresiasi inisiatif BRIN dalam membuka peluang kolaborasi yang lebih luas, sebab jamu merupakan kearifan lokal yang memiliki sejarah panjang yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
“Jamu sering dianggap Jawa-sentris, padahal kalau kita lihat dari sejarah, jamu itu ada di seluruh Nusantara. Misalnya, di Kalimantan Timur, Kerajaan Kutai juga memiliki tradisi jamu yang menggunakan bahasa lokal mereka. Ini yang akan menjadi fokus kita untuk mendokumentasikan dan melestarikan kearifan lokal ini,” ungkapnya.
Daniel berharap agar kolaborasi riset yang lebih lanjut dapat segera diwujudkan, demi mengangkat jamu Nusantara ke tingkat yang lebih tinggi.(*)