“Kalau kita tidak hati-hati dengan persoalan yang ada di China sekarang, dan juga persoalan di Eropa di mana gas dari Rusia disetop, itu akan terjadi masalah krisis energi di Eropa dan dia turunkan ke China, dan China masalah ekonominya sekarang lagi kurang baik, dan Amerika uncertainty-nya tinggi karena tarif (impor) yang belum jelas mau berapa persen dinaikkan oleh Presiden Trump. Jadi kombinasi masalah ini. memang (harus) betul-betul dicermati dengan baik,” tegasnya.
Sementara itu, Ekonom CELIOS Galau D Muhammad mengatakan bergabungnya Indonesia ke BRICS mencerminkan semangat optimisme yang ingin disampaikan oleh pemerintah bahwa Indonesia merupakan negara yang besar dan ingin menjangkau, bernegosiasi dan berinteraksi aktif di berbagai forum.
“Manfaatnya kita mungkin bisa terlibat aktif, berkolaborasi misalkan dengan negara-negara di Timur Tengah terkait dengan transisi energi, kemudian kolaborasi dengan Brazil misalkan dalam ranah ekonomi restoratif, kemudian di agenda-agenda perubahan transisi energi di Afrika Selatan,” ungkap Galau.