Meski begitu, ujar Galau, ada berbagai konsekuensi yang harus menjadi perhatian pemerintah ketika Indonesia mengambil posisi yang berlawanan dengan negara-negara anggota G7 yang menurutnya bisa saja menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap perekonomian domestik.
Ia mencontohkan, dengan Amerika yang kelak akan dipimpin oleh Donald Trump yang berencana akan memberikan disinsentif kepada negara anggota BRICS.
“Dengan keikutsertaan Indonesia di dalamnya tentunya akan ada risiko ketika nanti Amerika Serikat dalam pertarungan dagang dengan China, yang akhirnya mengeluarkan berbagai bentuk disinsentif kepada negara anggota dan itu yang akan berdampak signifikan. Jadi kita harus melihat dan mewaspadai karena per hari ini imbas dari kebijakan Amerika sangat signifikan berdampak pada misalnya volume ekspor terhadap produk-produk kita yang bergantung di pasar Amerika,” jelasnya.
Selain itu, klaim pemerintah yang mengatakan kelak akan ada diversifikasi pasar ketika menjadi anggota BRICS dinilainya belum tentu akan terjadi. Pasalnya, kata Galau, dengan era stagnasi ekonomi global pada hari ini menjadikan kerja sama multilateral tidak akan terlalu berdampak signifikan terhadap perekonomian domestik. Menurutnya, justru yang bisa terlihat dampak nyatanya dengan cepat adalah kerja sama bilateral.