Menurut dia, Indramayu akan menjadi fokus utama pembangunan infrastruktur, pelatihan petambak, dan akses pembiayaan. Luas lahan produktif di Indramayu sendiri pada tahun 2024 sebesar 1.445,65 hektar dengan total produksi sebesar 135.891,10 ton (produktivitas 94 ton/hektar).
Sementara stok saat ini sebesar 25.000 ton tersebar di empat kecamatan Krangkeng, Losarang, Kandanghaur, dan Patrol.
Selain mengidentifikasi wilayah, KKP mendorong inovasi teknologi dalam proses produksi garam. Penggunaan metode geomembran, misalnya, telah terbukti meningkatkan kualitas dan kuantitas garam yang dihasilkan oleh petambak lokal.
Selain itu, mulai tahun 2025 KKP akan melakukan terobosan berupa modelling ekstensifikasi tambak garam di Nusa Tenggara Timur dengan target 2.500 hekatre menggunakan metode konvensional namun dilengkapi dengan penerapan mekanisasi panen.
Kemudian, intensifikasi melalui modernisasi teknologi produksi garam dengan target 1.800 hektare melalui metode concentrated brine di lima provinsi, termasuk Jawa Barat.