IPOL.ID – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan langkah mitigasi melalui Operasi Modifikasi Cuaca (OMC). Langkah tersebut dilakukan di tengah ancaman bencana hidrometeorologi yang terus mengintai sejumlah wilayah di Indonesia.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, langkah ini diambil untuk menanggulangi dampak bencana seperti banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem yang berpotensi merugikan di Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan.
“Operasi ini melibatkan kerjasama antara BNPB, BPBD, dan TNI Angkatan Udara, serta menggunakan teknologi canggih untuk memitigasi bencana,” kata Abdul Muhari, pada Kamis (30/1/2025).
Jawa Tengah, lanjut dia, dikenal dengan potensi bencana hidrometeorologi yang tinggi, menjadi prioritas dalam OMC.
Berdasarkan analisis cuaca cermat, Monsun Asia masih aktif dan Madden-Julian Oscillation (MJO) berada di Kuadran 4, yang mendukung pembentukan awan hujan yang sangat besar. Ditambah perlambatan angin memperburuk ketidakstabilan atmosfer. Kondisi itu meningkatkan potensi hujan lebat di wilayah tersebut.
Prediksi cuaca selama 24 jam menunjukkan bahwa intensitas hujan yang tinggi bakal mengarah pada peningkatan risiko bencana, seperti banjir dan tanah longsor.
Untuk itu, BNPB melakukan operasi dengan menggunakan metode penyemaian awan dengan Natrium Klorida (NaCl). Bertujuan untuk mempercepat hujan di wilayah perairan sebelum bergerak menuju daratan.
Operasi ini dilaksanakan pada Rabu, (29/1) dalam tiga sorti penerbangan menggunakan pesawat Cessna Caravan 208B (registrasi PK-SNN). Disesuaikan dengan lokasi strategis untuk mengurangi dampak bencana.
Sorti pertama dimulai pukul 07.58 WIB hingga 10.06 WIB, dengan penyemaian 1.000 kg NaCl di perairan utara Jawa Tengah. Sorti kedua berlangsung pada pukul 14.08 WIB hingga 16.05 WIB, dan sorti ketiga dilakukan pada sore hari antara pukul 16.32 WIB hingga 18.01 WIB.
Tak hanya Jawa Tengah, Kalimantan Selatan juga menghadapi tantangan serupa. Di wilayah ini, aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) juga berperan dalam meningkatkan pembentukan awan hujan. Ditambah gelombang equatorial Rossby yang mempengaruhi kondisi atmosfer, Kalimantan Selatan berpotensi mengalami cuaca ekstrem seperti hujan deras dan angin kencang yang dapat menyebabkan banjir serta angin puting beliung.
Dengan kelembaban udara yang tinggi dan tingkat labilitas atmosfer yang signifikan, BNPB berkoordinasi dengan BMKG, BPBD, dan TNI Angkatan Udara untuk melakukan OMC di wilayah pesisir Tanah Laut.
Penyeimbang cuaca dilakukan dengan cara penyemaian 1.000 kg NaCl pada ketinggian 10.000 kaki menggunakan pesawat Cessna Caravan 208B (registrasi PK-SNP).
Penerbangan dilakukan selama 2 jam 30 menit pada 29 Januari 2025. Tujuannya mengalihkan hujan dari wilayah terdampak banjir dan ke daerah lebih aman.
“Proses ini diharapkan dapat menurunkan intensitas hujan, sekaligus mencegah dampak lebih besar,” ujarnya.
Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) ini menunjukkan bahwa teknologi dapat menjadi kunci dalam mengurangi dampak bencana yang disebabkan oleh fenomena cuaca ekstrem.
Dengan strategi sangat terencana dan penerapan teknologi terkini, OMC di Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan diharapkan dapat mengurangi risiko bencana yang ditimbulkan hujan lebat, banjir, dan tanah longsor.
BNPB juga mengimbau kepada masyarakat untuk terus waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
“Masyarakat di wilayah rawan bencana diimbau untuk memantau perkembangan informasi dari sumber terpercaya. Penting untuk menjaga kewaspadaan, mengantisipasi bahaya banjir, longsor, dan cuaca buruk lainnya dengan mempersiapkan diri sesuai protokol darurat disosialisasikan,” tutup Abdul Muhari. (Joesvicar Iqbal)