IPOL.ID – Arab Saudi menyambut baik ‘Riviera’ di Gaza, namun tidak dengan cara mengusir orang-orang Palestina, demikian disampaikan seorang Duta Besar Arab Saudi untuk Inggris, Pangeran Khalid bin Bandar.
Diplomat senior Saudi tersebut menanggapi usulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump baru-baru ini agar AS mengambil alih Gaza dan mengembangkannya menjadi “Riviera di Timur Tengah.”
“Posisi pemerintah saya adalah bahwa kami akan menyambut baik sebuah riviera di Gaza. Saya pikir itu akan sangat bagus,” katanya dilansir Al Arabiya, Kamis (13/2)
“Tapi kami tidak akan melakukannya dengan memindahkan orang-orang Palestina, tentu saja tidak memindahkan mereka ke Saudi; mereka tidak ingin pindah. Anda tahu, ini adalah tanah mereka, ini adalah wilayah mereka. Mereka berhak mendapatkan semua yang terbaik yang dapat kami berikan untuk mereka di sana, dan kami menyambut baik upaya Amerika untuk memperbaiki situasi mereka di sana,” sambung Pangeran Khalid.
Usulan Trump agar AS menguasai Gaza dan menggusur warga Palestina memicu kecaman keras di seluruh dunia Arab dan sebagian besar Eropa.
Dalam sebuah konferensi pers dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pekan lalu, Trump menyebut Gaza sebagai tempat pembongkaran dan menyarankan agar warga Palestina direlokasi ke negara lain untuk mendapatkan kondisi kehidupan yang lebih baik.
Israel dan Netanyahu melangkah lebih jauh dengan menyarankan agar Arab Saudi membuat sebuah negara bagi warga Palestina di dalam wilayah Kerajaan, yang memicu reaksi dan kecaman di seluruh dunia Arab.
Ketika ditanya apakah Arab Saudi akan menyediakan relokasi sementara bagi warga Palestina, Pangeran Khalid mengatakan bahwa itu adalah keputusan yang harus diambil oleh warga Palestina.
“Anda tahu, kami dengan senang hati menerima orang dan kami adalah negara yang ramah. Jika ada situasi di mana mereka ingin datang ke Saudi, maka mereka dipersilakan untuk datang, tetapi saya tidak berpikir mereka ingin pergi,” katanya.
“Mereka ingin mempertahankan tanah yang terancam hilang. Dan saya pikir itu yang paling penting,” tambahnya.
Namun, sebelum pembangunan kembali Gaza, maka Gaza harus dibersihkan dan perlu ada semacam mekanisme perdamaian dan pemerintah Palestina yang diakui oleh semua pihak, termasuk Israel, katanya.
“Anda tahu, 75 tahun yang lalu, banyak orang Palestina meninggalkan rumah mereka dan mereka kehilangannya. Saya rasa mereka tidak ingin melakukannya lagi,” kata dia.
Ia menegaskan kembali sikap Saudi terhadap konflik Arab-Israel yang telah konsisten selama beberapa dekade.
“Ini sangat sederhana, solusi dua negara berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” ungkapnya.
Namun, katanya, ini adalah perspektif Saudi. “Tetapi perspektif yang penting adalah perspektif Palestina dan Israel. Mereka berdua harus sepakat mengenai solusi yang tepat. Dari tempat kami duduk, kami tidak melihat opsi lain,” pungkasnya. (far)