Firman juga mengatakan bahwa pemekaran wilayah membawa tantangan heterogenitas bahasa yang mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia. Menurutnya, penting adanya kebijakan lokal untuk mendukung pelestarian bahasa, seperti pengajaran bahasa Wawonii di sekolah.
Selain itu, Wati Kurniawati dan Joni Endardi, keduanya membahas hasil penelitian yang mereka lakukan bersama yaitu kekerabatan bahasa asli antar suku di Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Penelitian yang mereka lakukan berupaya mengkaji bahasa pada tataran linguistik historis komparatif. Tujuannya untuk mengidentifikasi bentuk kekerabatan dan rekonstruksi fonem bahasa Buna (Bunak), Dawan (Timor), Kemak, dan Tetun.
Dari hasil penelitiannya ditemukan, keempat bahasa tersebut, khususnya Buna yang termasuk kelompok rumpun non-Austronesia memiliki bukti yang sangat sahih bahwa memiliki hubungan relasi historis kekerabatan dengan rumpun Bahasa Austronesia. Hal tersebut dibuktikan dengan memiliki daur retensi leksikal dari refleks PAN PMP.
Di sisi lain, hubungan kekerabatan di antara tiga bahasa yakni Kemak, Dawan, dan Tetun memiliki hubungan kekerabatan yang sangat erat satu sama lain. Hal itu dibuktikan, baik melalui bukti kuantitatif maupun kualitatif, baik retensi leksikal melalui refleks PAN/PMP. Keduanya menyimpulkan, capaian penelitian ini menjadi tonggak awalnya dalam proses perencanaan bahasa dan revitalisasi bahasa daerah. (ahmad)