Karena itu, jelas Trismidianto, penelitian di bidang iklim dan atmosfer sangat penting untuk meningkatkan pemahaman serta kemampuan dalam memprediksi peringatan dini bencana, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, pengelolaan lingkungan berkelanjutan, serta pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Trismidianto menguraikan, atmosfer bumi memiliki lapisan utama, yaitu troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer/ionosfer, dan eksosfer. Setiap lapisan tersebut memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda-beda.
“Hujan asam terbentuk di troposfer, yaitu lapisan atmosfer paling bawah yang membentang hingga sekitar 8-15 km di atas permukaan bumi. Troposfer merupakan tempat terjadinya sebagian besar fenomena cuaca, termasuk hujan, maka hujan asam juga terjadi di lapisan ini,” urainya.
Sementara ionosfer, lanjut Trismidianto, berpengaruh terhadap penerbangan dan memprediksi bencana. “Sampai saat ini, sedang berlanjut pengujian riset tentang total elektron ionosfer untuk memprediksi terjadinya gempa bumi, dengan melihat pergerakan atau perubahan di permukaan melalui total elektron,” terangnya.