Dia menambahkan, terdapat disparitas antara perkotaan dan perdesaan dalam akses air bersih. Di sisi lain perubahan iklim telah mengubah pola intensitas hujan secara drastis.
“Baru-baru ini, Bekasi dan Jakarta dilanda banjir akibat curah hujan ekstrem 115 milimeter (mm), padahal 100 mm saja itu sudah masuk kategori ekstrem,” katanya.
Menurutnya, aktivitas manusia yang mengganggu tutupan lahan memperburuk kondisi ini. Catatan KLH menunjukkan tutupan vegetasi hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Bekasi hanya tersisa 3,53 persen, sementara di hulu DAS Ciliwung hanya 10–11 persen.
“Saat hujan deras, sekitar 80 persen air menjadi limpasan, meningkatkan risiko banjir,” ujarnya.
Ia menambahkan, ketersediaan air di Indonesia tidak merata. Jawa dan Bali-Nusa Tenggara masuk kategori kritis, dengan defisit air di Jawa mencapai 118 miliar meter kubik per tahun. Sebaliknya, Sumatera dan Kalimantan masih memiliki cadangan air yang cukup.
Dari sisi kualitas, pemantauan terhadap 2.195 sungai menunjukkan hanya 2,19 persen titik yang memenuhi baku mutu air, sementara 96 persen tercemar ringan dan sebagian kecil tercemar berat.