Angka itu meningkat 17,9 persen secara bulanan (month to month), serta apabila diakumulasi sepanjang tahun 2024 nilai ekspor barang perhiasan dan barang berharga mencapai 5,5 miliar dolar AS atau Rp89,7 triliun.
“Kami memiliki optimisme yang tinggi terhadap peningkatan ekspor industri perhiasan di tahun 2025, dengan harapan kondisi perekonomian global dapat semakin membaik,” ujar Reni.
Lebih lanjut, Dirjen IKMA menjelaskan, industri perhiasan saat ini mengalami transformasi seiring dengan perubahan gaya hidup, teknologi, dan tren pasar global.
Tren yang sedang berkembang dalam industri perhiasan, di antaranya adalah penggunaan desain minimalis dan sentuhan teknologi seperti 3D printing, yang memungkinkan produsen menciptakan perhiasan dengan tampilan mewah namun bobot lebih ringan.
Teknologi ini juga mendorong personalisasi produk sesuai selera dan kebutuhan konsumen, terutama generasi muda. “Perhiasan tidak lagi hanya digunakan dalam acara perayaan tertentu, tetapi juga telah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari. Oleh sebab itu, desain perhiasan terus berkembang, mengikuti permintaan pasar yang mengarah pada desain yang lebih minimalis, fungsional, dan elegan,” kata Reni.