Wiwin mengungkapkan banyak dari masakan tersebut kini mulai langka dan hanya dijumpai di lokasi tertentu. Namun jenis kulineran ini tetap penting untuk dikenalkan kepada generasi muda sebagai bagian dari pelestarian budaya.
“Memahami kuliner tradisional Indonesia bukan hanya soal rasa, tapi juga memahami narasi kehidupan dan struktur sosial masyarakat Jawa yang terkandung di balik setiap sajian,” terangnya.
Dijelaskan Wiwin, masyarakat Indonesia saat ini masih belum sepenuhnya memahami asal-usul dan filosofi dari makanan kontemporer yang berkembang, termasuk dari segi rasa maupun penyajian. Menurutnya hal ini bukan terjadi karena penurunan minat terhadap makanan kontemporer, melainkan kurangnya informasi yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Wiwin menyimpulkan, tantangan utamanya adalah belum terintegrasinya penyebaran pengetahuan tradisional dengan teknologi informasi maupun sistem pendidikan. Maka ia berharap agar masakan kontemporer dapat menjadi jembatan dalam mengembangkan industri kreatif kuliner Indonesia. Dengan mengangkat kekayaan lokal, maka menciptakan nilai ekonomi dan memperkuat identitas budaya bangsa. (ahmad)