Akbar menegaskan, penguatan daya beli masyarakat menjadi kunci pemulihan ekonomi, sebab lemahnya konsumsi akan berdampak langsung terhadap perlambatan pertumbuhan sektor riil.
“Tanpa momen Lebaran, sudah pasti ekonomi kuartal I 2025 tumbuh lebih lambat dari 4,87 persen. Ini menunjukkan masyarakat memang tidak memegang uang, atau kalaupun ada, jumlahnya sangat terbatas,” tegasnya.
HIPMI juga menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja, sebagai upaya menjaga stabilitas ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan, termasuk melalui program-program produktif dan inklusif.
Menurut Akbar, reformasi regulasi dan perbaikan iklim investasi harus menjadi prioritas agar mampu menarik investor baru serta memperkuat kinerja pelaku usaha yang telah eksis.
HIPMI mendorong realokasi sumber daya program jangka pendek yang berorientasi pada hasil cepat untuk menstimulus belanja, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan konsumsi masyarakat.
“Percepatan belanja pemerintah menjadi harga mati untuk menjaga momentum pertumbuhan dan memperkuat fondasi ekonomi yang inklusif serta berdaya saing tinggi,” ujarnya.(*)