“Saya punya konsep untuk Gaza, yang menurut saya sangat bagus. Jadikan Gaza sebagai zona kebebasan, biarkan Amerika terlibat dan ciptakan zona kebebasan yang nyata,” kata Trump kepada wartawan wartawan di Qatar sebelum bertolak ke Uni Emirat Arab, tujuan terakhir dalam tur Teluknya.
“Jika perlu, saya akan bangga jika Amerika memilikinya, menjadikannya zona kebebasan. Biarkan hal-hal baik terjadi, tempatkan orang-orang di rumah yang aman, dan Hamas harus ditangani.”
Di sisi lain, seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kepada Anadolu bahwa laporan mengenai rencana pemindahan tersebut “tidak benar”.
Namun seorang mantan pejabat AS mengungkap kepada NBC bahwa belum jelas berapa banyak warga Gaza yang bersedia meninggalkan wilayah itu secara sukarela.
Pemerintah AS, menurutnya, mempertimbangkan pemberian insentif berupa tempat tinggal gratis dan tunjangan keuangan untuk mendorong relokasi.
Meski demikian, tantangan logistik dan finansial disebut sangat besar. Libya sendiri masih belum stabil sejak penggulingan Muammar Gaddafi pada 2011. Negara tersebut terus dilanda konflik internal dan kekerasan bersenjata.