indoposonline.id – Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengklaim sebanyak 26,5 persen generasi milenial tidak hapal Pancasila. Menghadapi tantangan tersebut dibutuhkan pendekatan yang kreatif dan dikemas ringan. Tujuannya jelas agar generasi masa depan bangsa tidak melupakan nilai-nilai luhur Pancasila, dan tidak terjebak dalam paham-paham yang bertentangan dengan ideologi negara.
“Survei lain menyebutkan 18 dari 100 orang warga negara Indonesia tidak mengetahui judul lagu-lagu nasional Indonesia,” kata Direktur Bina Ideologi, Karakter dan Wawasan Kebangsaan Dirjen Polpum Kemendagri , Drajat Wisnu Setiawan di sela acara podcast Bincang Si Ipol di Jakarta baru-baru ini.
Dua survei di atas dilaksanakan pada 2019 dan 2017 masing-masing oleh Kemendagri dan Unit kerja Presiden Bidang Pembinaan Ideologi Pancasila.
Menurut Drajat, selama ini pemahaman ideologi Pancasila hanya dikenalkan pada generasi muda melalui pendidikan formal di sekolah. Seharusnya paradigma tersebut harus diperluas dengan cara memberikan pemahaman melalui media kekinian yang kreatif.
“Kami terus mengembangkan sarana pemahaman ideologi melalui platform digital yang diselaraskan pada kebutuhan milenial, seperti melalui media sosial Tiktok, Instagram, Youtube dan lain sebagainya,” ujar Drajat Wisnu Setiawan.
Ia menilai, adalah tanggung jawab bersama menghilangkan kesan konten-konten yang berat tentang Pancasila di masyarakat. Agar ideologi Pancasila bisa masuk dan dipahami dengan baik oleh seluruh elemen bangsa. “Kami menyiapkan konten-konten kreatif, agar kesan Pancasila sebagai konten yang berat bisa hilang,” katanya.
Selanjutnya ia juga meminta pemerintah daerah membuat program-program yang sama untuk memulihkan pemurnian dan pemahaman Pancasila khususnya untuk generasi milenial. Yang tak kalah penting, lanjutnya, masyarakat tidak boleh lagi terjebak pada paham intoleransi, radikalisme dan komunisme untuk menjaga semangat keberagaman dan pluralisme di tanah air.
“Ciri-ciri ekstrimisme adalah sikap intoleran, tidak menghormati orang lain, merasa pendapatnya paling benar, fanatik dan eksklusivisme kelompok. Sikap-sikap ini yang harus kita tekan bersama,” ujarnya. (tim)