IPOL.ID – Para pedagang Warung Tegal (Warteg) memilih tidak menaikkan harga menu makan usai pemerintah menaikkan harga eceran tertinggi (HET) beras.
Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni mengatakan, pihaknya memilih tidak menaikkan harga menu karena pertimbangan agar tidak memberatkan daya beli pelanggan.
“Enggak, enggak. Pertama karena daya beli yang belum pulih. Sekarang juga masih sepi (pembeli),” kata Mukroni saat dikonfirmasi di Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (28/3).
Menurutnya, daya beli masyarakat yang terpuruk akibat pandemi COVID-19 kini belum 100 persen pulih, sehingga para pedagang khawatir mereka ditinggalkan pelanggan bila menaikkan harga menu.
Para pedagang Warteg terbebani dengan kenaikan HET beras, serta bingung mencari cara tetap mendapat untung untuk mempertahankan usaha tanpa menaikkan harga menu.
“Sebenarnya simalakama (tidak ada pilihan yang enak). Serba susah, sekarang juga banyak (pedagang Warteg) pulang kampung. Pertama karena memperingati di rumah, kedua juga karena sepi,” ungkapnya.
Mukroni menjelaskan, para pedagang Warteg memilih menyiasiti kenaikan HET beras dengan mencampur beras kualitas lokal yang harganya tinggi, dengan beras impor berharga lebih murah.
Cara ini dianggap paling tepat karena pelanggan tetap dapat menikmati makan tanpa terbebani harga, dan pedagang Warteg masih mendapat untung dari mencampur beras tersebut.
“Kalau (beras) lokal ada rasa gurih. Kalau impor itu mohon maaf hambar, rasanya kurang. Teman-teman menginginkan beras lokal tapi harganya terjangkau. Ya disiasati,” ujarnya.
Sebelumnya, pada Rabu (15/3) pemerintah menyatakan kenaikan HPP untuk pembelian gabah dan beras di tingkat petani, penggilingan, di Gudang Bulog, kemudian kenaikan HET di konsumen.
HET beras pada zona 1 Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi, Zona 2 Sumatra selain Lampung dan Sumatra Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan, Zona 3 Maluku dan Papua pun ikut naik.
HET beras medium zona 1 Rp10.900, zona 2 Rp11.500, kemudian zona 3 Rp11.800, sementara untuk beras jenis premium pada zona 1 Rp12.900, zona 2 Rp14.400, dan zona 3 Rp14.800.
Sementara itu, salah satu ibu rumah tangga, Lisa, 39, warga Matraman, Jakarta Timur mengeluhkan adanya kenaikan harga beras tersebut. Terlebih ketika bulan suci Ramadan 1444 Hijriah ini. Biasanya dia membeli beras seharga Rp 10.500 per liter. Saat ini, menjadi Rp 12.000 per liternya.
“Ada kenaikan Rp 1.500 per liter. Itu biasa beli di warung beras yang enak, tadinya kan Rp 10.500 eh naik, jadi Rp 12.000,” ujar ibu dua anak tersebut.
Sehingga dia berharap adanya kenaikan harga beras itu hanya sementara saja, tidak berkelanjutan. Karena jelas hal itu sangat berdampak pada warga masyarakat.
“Ya semoga saja (beras) bisa turun harga ya, harusnya pemerintah terus memantau atau mencarikan solusi karena jika terus menerus naik maka dampaknya ya pada perekonomian warga yang pasti,” tutupnya. (Joesvicar Iqbal)