IPOL.ID – Beredarnya isu wisatawan Nimih, 63, meninggal dunia di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, akibat penyakit penyerta membuat keluarga menyesalkan kabar tersebut.
Suami Nimih, Suryana, 64, menuturkan, selama puluhan tahun hidup berumahtangga mendiang istrinya tidak memiliki riwayat asma dan darah tinggi sebagaimana dikabarkan.
Semasa hidup, Nimih yang merupakan warga RT 03 RW 05, Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, tidak pernah dirawat di rumah sakit karena menderita penyakit serius.
“Saya berumahtangga sama almarhumah sudah 48 tahun, bukan sombong bukan apa dia enggak pernah sakit lama. Entah satu minggu, entah sebulan belum pernah, kalau pusing, panas dingin itu kan biasa,” ujar Suryana di kediamannya di kawasan Bambu Apus, pada Selasa (17/9/2024) siang.
Menurut pihak keluarga semasa hidup Nimih hanya menderita penyakit ringan seperti mengalami sakit kepala atau pusing, dan selalu pulih hanya dalam waktu singkat.
Sebelum bertolak melakukan wisata religi ke Makam Kramat Empang Bogor dan berkunjung ke Gunung Mas, Nimih juga dalam keadaan sehat karena masih dapat memasak seperti biasa.
“Makanya ada berita itu kok istri saya tahu-tahu dikabarkan ada (menderita) asma atau apa. Kok bisa-bisanya, berarti kan namanya omongan bisa nambah-nambah,” kata dia.
Suryana yang menyesalkan isu tersebut, menambahkan, pihak keluarga tidak menyalahkan pihak manapun atas beredarnya kabar bahwa istrinya (Nimih) meninggal karena menderita penyakit asma dan darah tinggi.
Lebih jauh, bagi pihak keluarga, hal terpenting adalah jenazah Nimih sudah dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Bambu Apus pada Senin (16/9/2024) sekitar pukul 10.00 WIB.
“Kita menyesalkan tapi maklum juga namanya orang, apalagi orang kalau ingin tenar bisa saja kan mengeluarkan kata-kata. Saya juga merasa kecewa,” tukasnya.
Sebelumnya, wisatawan Nimih, 63, yang merupakan warga RT 03 RW 05, Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, meninggal dunia saat kejadian kemacetan panjang di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, pada Minggu (15/9/2024).
Saat itu, warga lanjut usia (Lansia) Nimih bersama dua anak perempuannya, Yani, 46, dan Suryati, 36, bersama rombongan warga Kecamatan Cipayung bertolak ke Bogor untuk wisata religi ke Makam Kramat Empang.
Setelah berziarah itu, Nimih dan kedua anaknya beserta rombongan warga Kecamatan Cipayung yang menumpang tiga bus wisata mengunjungi kawasan wisata Puncak Mas, Bogor.
Ketika hendak pulang ke Jakarta Timur, bus dinaiki Nimih dan rombongan terjebak kemacetan sehingga kendaraan tidak dapat keluar dari area parkir Puncak Mas.
Nimih sempat keluar dari bus untuk sekedar melepas lelah dan buang air kecil. Namun sekitar pukul 19.00 WIB, tiba-tiba Nimih menghembuskan napas terakhir di kawasan kebun teh Puncak Mas.
Lebih jauh, menanggapi isu yang beredar luas, pihak keluarga Nimih, wisatawan yang meninggal saat kemacetan panjang di kawasan Puncak, Bogor membantah kabar korban memiliki penyakit penyerta.
Kabar yang beredar bahwa Nimih memiliki penyakit penyerta asma dan darah tinggi hingga menjadi penyebab meninggalnya lansia itu pada Minggu (15/9/2024) malam.
Anak pertama Nimih, Yani mengungkapkan, semasa hidup Ibunda tercinta tidak memiliki sakit penyerta seperti asma, darah tinggi ataupun penyakit penyerta lain sebagaimana dikabarkan.
“Kalau mengenai kabar yang simpang siur saya klarifikasi itu enggak ada penyakit bawaan, enggak ada asma atau apa. Enggak ada pokoknya,” jelas Yani di kediaman di kawasan Bambu Apus, Selasa (17/9/2024).
Pihak keluarga juga memastikan saat bertolak dari Jakarta Timur untuk melakukan wisata religi ke Makam Kramat Empang Bogor dan berkunjung ke Gunung Mas, Nimih dalam keadaan sehat.
Bahkan pada Minggu pagi sebelum melakukan perjalanan, Nimih yang sehari-harinya suka membuat aneka gorengan dan kue tetap dapat memasak seperti biasa. (Joesvicar Iqbal)