IPOL.ID – Prediksi jumlah pemudik Idul Fitri di 2022 diperkirakan akan meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Meski adanya wabah, pandemi dan diberlakukan PPKM (Pengaturan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), pemerintah mengizinkan mudik tahun ini.
Pemerintah mengizinkan untuk liburan dengan tetap memberlakukan protokol kesehatan (prokes) dan pemudik sudah divaksin Booster. Berita baik ini tentunya akan disambut meriah, apalagi selama diberlakukan PPKM tahun sebelumnya tidak bisa mudik untuk merayakan tradisi lebaran di kampung.
Menurut Pemerhati masalah transportasi dan Hukum, Budiyanto, jumlah pemudik tahun ini diperkirakan akan menyentuh total kurang lebih 80 juta orang, yang pada umumnya akan menggunakan transportasi darat. “Sehingga perlu ada pengaturan yang tepat untuk menjaga situasi lalu lintas tetap kondusif dan dinamis,” ujar Budiyanto dikonfirmasi ipol.id, Minggu (10/4).
Budiyanto mengungkapkan, beberapa cara yang selama ini telah diberlakukan dan hasilnya cukup bagus yakni dengan cara pengaturan contra flow dan SSA (Sistem Satu Arah).
“Antisipasi pengaturan lalu lintas tahun ini memang membutuhkan cara pengaturan yang lebih serius,” tukasnya.
Menurutnya, personil yang dilibatkan akan lebih besar dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai/cukup, untuk mendukung mobilitas dan penyampaian kepada masyarakat pengguna jalan.
Pengaturan lalu lintas dengan cara contra flow dan SSA perlu persiapan, waktu dan cara yang tepat. Sehingga tidak menimbulkan problem baru. Pelaksanaan pengaturan seperti ini pada umumnya akan dilaksanakan di jalan tol.
Pada saat implementasi, cara ini sudah dipastikan akan berdampak kepada situasi di luar jalan tol. “Salah dalam kordinasi antara pengaturan di jalan tol dengan pengaturan di luar jalan tol dapat berdampak pada situasi yang serius,” ucapnya.
Budiyanto menjelaskan, berarti masalah teknis pun harus dikordinasikan dengan baik. Misalnya, penempatan personil pada titik-titik yang telah disepakati, cara dan penempatan rambu-rambu petunjuk, penentuan waktu dimulai dan saat akan dihentikan cara pengaturan dengan model 1 dan 2.
Kemudian waktu yang cukup untuk menyampaikan kepada masyarakat. Masing-masing cara akan memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu diantisipasi. Cara SSA akan menambah kapasitas jalan, berarti secara otomatis menambah volume kendaraan yang akan mengarah pada tujuan tertentu.
Dilain pihak akan menimbulkan problem di luar jalan tol apabila tidak disiapkan dengan baik. Cara pengaturan dengan cara contra flow akan disesuaikan dengan kapasitas dan volume pada jalur tertentu dan sebagian kendaraan akan menggunakan jalur yang berlawanan dengan arus yang datang akibat dampak contra flow tersebut.
“Berarti ada resiko tabrakan dan sebagainya,” ujar dia.
Budiyanto menambahkan, cara pengaturan lalu lintas saat mudik, baik dengan cara contra flow mapun SSA sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga perlu perencanaan, persiapan pelaksanaan dan kontrol yang baik.
“Insya Allah dengan cara pengaturan dengan menerapkan model demikian, situasi dan kondisi lalu lintas dapat terjaga sehingga seluruh aktivitas manusia di jalan dapat terjamin, baik dari aspek keamanan dan keselamatan,” katanya.
Selain itu, penempatan personil dengan cara stasioner dan mobile/Patroli tetap harus dijalankan juga sekaligus dapat digunakan sebagai sarana monitor dinamika lalu lintas yang terjadi. (ibl)