indoposonline.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan tradisi buruk. Belum ada tanda Indeks bakal beranjak. Padahal, sudah tujuh hari perdagangan Indeks berkutat di zona merah.
Menyudahi perdagangan Jumat (29/1/2021), Indeks saham acuan bursa domestik itu, minus 1,96 persen ke posisi 5.862,35. Artinya, sepanjang tujuh hari perdagangan, indeks terpangkas 7,05 persen dari akhir pekan lalu, di kisaran 6.307.
Tidak sedikit analis menyebut Indeks mengalami titik jenuh. Itu terjadi karena pasar telah mengsalami pertumbuhan dengan pesat. Praktis, sejak Agustus tahun lalu, Indeks menapaki zona nyaman. ”Ekspektasi pasar akhir 2020 Indeks bertengger di level 5.700. Namun, nyatanya malah menembus posisi 5.900,” tutur analis pasar modal Luqman El Hakiem Syamlan, kepada iPosonline, di Jakarta, Jumat (29/1/2021).
Belum berhenti, Januari tahun ini, Indeks tetap berlari kencang. Bahkan, melebihi ekspektasi. Itu terjadi berkat Januari Effect. Pertumbuhan cepat itu, membuat Indeks prematur. Itu kemudian memancing investor mengambil ambil untung. ”Profit taking. Dan, koreksi Indeks itu, masih wajar,” imbuh Luqman.
Kejenuhan market terefleksi dari bentukan double top pattern. Lalu, dead cross garis harga rata-rata lima hari terakhir alias moving average (MA5), dan MA20. Berdasar analisa itu, Indeks baru akan mengalami teknikal rebound Selasa (2/2/2021) mendatang. ”Hanya, untuk saham-saham farmasi dan perbankan mengalami overdone,” tegasnya.
Nah, belakangan ini, harga ratusan saham jatuh hingga menyentuh level auto reject bawah (ARB). Saham-saham emiten pelat merah alias BUMN menjadi penghuni ARB club sepekan. Sepanjang hari ini, asing mulai berjualan senilai hampir Rp1 triliun. Nilai transaksi hari ini tercatat Rp16,65 triliun. Sebanyak 178 saham menanjak, 307 saham mingkem, dan 142 stagnan.
Pasar global juga tidak begitu baik. Itu menyusul rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) melambat kuartal akhir tahun lalu. Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 4,0 persen. Itu kontras terhadap rilis GDP kuartal ketiga, secara tahunan ekonomi AS tumbuh 33 persen saat perekonomian pertama kali diputar kembali menyusul pencabutan lockdown. (mgo)