Dalam pengamatan KOPMAS, upaya-upaya penurunan stunting telah banyak dilakukan. Presiden juga telah menugaskan Kementrian Koordinator PMK, Bappenas, untuk mewujudkan target penurunan stunting. Bahkan, Menteri Kesehatan yang baru saja dilantik pada 23 Desember 2020 kemarin juga diharapkan melakukan penanggulangan stunting di tengah kesibukan menangani pandemi Covid-19. Namun, langkah-langkah tersebut dinilai belum terstruktur dan komprehensif sehingga pencapaian angka prevalensi stunting tersebut sulit tercapai.
Ketua Bidang Advokasi KOPMAS Yuli Supriati mengatakan akar dari persoalan stunting adalah penguatan keluarga. “l”Yang harus dipastikan sekarang adalah bagaimana program-program penguatan keluarga itu berhasil, memastikan remaja tidak kekurangan zat besi, memastikan calon ibu paham 1000 HPK dan menjamin calon ibu dan anak ketika lahir nanti mendapat asupan gizi yang cukup,” jelas Yuli.
Lebih lanjut, Yuli menyebutkan program-program penguatan keluarga yang digagas pemerintah sudah sangat banyak. Namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana implementasinya ke masyarakat. ”Salah satu contoh pemberian biskuit stunting, apakah ini tepat sasaran? Apakah memang dikonsumsi oleh anak yang bersangkutan? Belum lagi proses distribusi yang butuh waktu lebih lama untuk sampai ke daerah. Karena itu harapan kami, pengentasan stunting jangan dilihat sebagai program di atas kertas saja, tapi seberapa tepat untuk masyarakat,” katanya.