indoposonline.id – Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro mengatakan Vaksin Merah putih, pada intinya tidak hanya mengenai pemenuhan dalam jangka pendek.
Namun pada dasarnya saat ini perlu diciptakan fundamental kebijakan jangka panjang. Terutama mendorong kesehatan yang berorientasi pada preventif daripada kuratif di Indonesia.
Hal itu disampaikannya saat webinar Tantangan & Kebijakan Pengembangan Vaksin Merah untuk Percepatan Penanganan Pandemi Covid-19 yang diselenggarakan Direktorat Inovasi dan Science Techno Park Universitas Indonesia (DISTP UI).
Menurut Bambang, pihaknya ngin membangun momentum pengembangan vaksin di Indonesia kedepannya. Dengan fokus pada pengadaan vaksin Covid-19.
“Pemerintah memang melakukan double track dalam hal penyediaan vaksin Covid-19 ini. Satu sisi melakukan impor atau kerja sama dengan pihak luar seperti yang sudah dilakukan dengan Sinovac dan kemudian disusul oleh lainnya. Tetapi di sisi lain juga mendorong kemandirian vaksin melalui Vaksin Merah Putih,” jelasnya, Senin (25/1/2021).
Sementara itu, Ketua Tim Pengembang Vaksin Merah Putih UI Budiman Bela mengatakan saat ini UI mengembangkan penelitian terkait 4 platform vaksin. Yaitu Deoxyribo Nucleic Acid (DNA), Ribonukleat Acid (RNA), Sub unit Rekombinan, Viral Like Particles (VLP).
Masing-masing jenis platform tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Serta banyak faktor yang harus dipertimbangkan ketika memilih suatu platform vaksin. Yaitu tingkat perlindungan, tingkat efektifitas, keamanan, serta tingka kemudahan proses produksi (manufaktur) dan distribusinya.
“Sampai saat ini, Vaksin DNA yang UI kembangkan sudah pada tahap uji coba pada hewan, dan sebentar lagi akan masuk tahap stabilitas dan efisiensi produksi. Diharapkan setelah itu, vaksin DNA ini bisa segera memasuki tahap uji pre-klinik, sedangkan platform vaksin yang lain masih pada tahap perancangan dan konstruksi,” ujarnya. (dri)