“Saya pikir ini berbahaya, akan jadi klaster baru di sana. Bahkan bukan hanya Covid-19 ancamannya, penyakit kulit, demam berdarah, dan yang lainnya juga,” tandasnya.
“Saya berharap Pemprov segera sikapi. Sekalipun airnya akan segera surut, tapi rumahnya tidak bisa langsung ditempati. Butuh beberapa hari untuk bersih dan nyaman kembali. Jadi, mereka butuh persinggahan sementara,” sambung dia.
Zita Anjani mengatakan, dalam hal upaya antisipasi (banjir)) cukup baik, tinggal komitmen pembenahan infrastrukturnya.
“Hal yang saya khawatirkan akhirnya terjadi, Jakarta banjir lagi. Dari awal tahun hujan, saya senang Jakarta tidak tergenang. Ternyata tidak demikian,” kata Zita.
Tercatat melalui data peta bencana, banjir minggu malam merendam 22 RW, dengan ketinggian dari 10 sampai 150 centimeter. “Ada 6 RW yang terparah,” ungkapnya.
“Jauh sebelum kejadian, kami (DPRD DKI) sudah membantu Pemprov lewat Pansus Banjir. Saya sudah sampaikan ke Gubernur strategi ideal mengatasi banjir,” kata Zita.
Menurut Zita, dalam melawan banjir tidak cukup hanya dengan anggaran besar. “Tapi komitmen dan alokasi yang tepat sasaran, itu kunci utamanya,” pungkasnya.