indoposonline.id – Melaporkan Presiden Republik Indonesia (RI) ke Bareskrim Polri, sebagaimana dimuat berita di media, terkait kerumunan massa saat kunjungan kerja ke suatu daerah baru-baru ini, menurut Emrus Sihombing, Komunikolog Indonesia, berlebihan.
Tampaknya, kata Emrus menyampaikan, mereka yang melaporkan belum melihat secara jeli simbol non-verbal dari Presiden yang mengandung makna mendalam, sehingga sangat tidak tepat jika ada yang melaporkan.
Karena itu dari aspek komunikasi, laporan ini sangat lemah dari sudut makna yang terkandung dari simbol non-verbal yang disampaikan oleh Presiden. “Wajar pihak Kepolisian, menurut hemat saya, menolaknya,” kata Emrus Sihombing, dalam pesan tertulisnya pada indoposonline, Minggu (28/2).
“Setelah saya mengikuti dan menyimak peristiwa berkumpulnya sekelompok masyarakat tersebut lewat berbagai sumber dari sejumlah media, kejadian tersebut menurut saya sebagai seorang komunikolog, sama sekali bukan sepengetahuan dan keinginan Presiden,” pungkas Emrus.
Hal tersebut jelas tergambar dari perilaku komunikasi non-verbal Presiden. Dengan memakai masker, Presiden terlihat menggerak-gerakan tangannya ke arah maskernya, sebagai simbol komunikasi non-verbal yang dapat dimaknai dan bertujuan mengingatkan sekelompok masyarakat yang ada di lokasi agar tetap menggunakan masker.
Dari simbol non-verbal tersebut, lanjut Emrus, sangat jelas bahwa Presiden memberi teladan kepada masyarakat agar tetap dan taat menggunakan protokol kesehatan dalam rangka menghindari penyebaran Covid-19.
Uraian dari perspektif komunikasi di atas, sejatinya serta merta disampaikan oleh Tim Komunikasi Presiden (para Jubir) untuk memberi pencerahan kepada publik.
“Sayangnya hal tersebut belum dilakukan hingga saat ini. Untuk itu, saya menyarankan kepada Presiden agar segera melakukan evaluasi terhadap pengelolaan komunikasi kepresidenan,” tutur Emrus.
“Dengan demikian, manajemen komunikasi Kepresidenan ke depan bisa lebih profesional, cepat, lincah, proaktif, kreatif, antisipatif dan yang tak kalah pentingnya menjadi “penasehat” komunikasi bagi Presiden,” tutup Emrus Sihombing, Komunikolog Indonesia. (car)