Setelah sesi edukasi tatap muka, Tim KOPMAS juga melakukan kunjungan ke bebarapa rumah warga guna mengetahui bagaimana pemahaman masyarakat tentang gizi anak dan keluarga. Dari kegiatan sosialisasi door to door ini, ditemukan masih banyak balita yang tidak mengikuti Posyandu dengan alasan tidak tahu dan tidak terdata. ”Yang tinggal di kontrakan, rata-rata bekerja sebagai buruh harian dan ibu rumah tangga mereka tidak ke Posyandu. Pengetahuan mereka tentang gizi anak juga rendah, terbiasa mengkonsumsi makanan instan dan tidak tahu apa yang baik dan tidak baik dikonsumsi oleh anak terutama balita,” jelas Marni.
Dalam pelaksanaan edukasi di Rawa Semut, KOPMAS mencatat masih ditemukan anak-anak dalam rentang usia 1 – 4 tahun mengkonsumsi kental manis sebagai minuman 2-3 kali sehari. Orang tua memberikan anak kental manis dengan alasan atas anak lebih suka minum kental manis dibanding susu jenis lain.
Bahkan seorang ibu yang memiliki anak usia 3 tahun mengaku memberikan anak kental manis karena beranggapan susu jenis lain (susu bubuk dan susu UHT) memiliki pengawet. ”Karena susu kotak yang cair itu katanya ada pengawetnya. Kalau kental manis ini kan enggak, karena diseduh, nggak ada pengawet,” jelas ibu muda yang tidak ingin namanya disebutkan ini. (msb)