Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, DR. Dhian Dipo, MA, memaparkan, saat ini Indonesia mengalami beban ganda mengenai masalah gizi. Menurut Riskesdas 2018, kekurangan gizi makro seperti stunting (pendek) dan wasting (kurus) pada anak balita masih tinggi yaitu masing-masing sebesar 30,8 persen dan 10,2 persen. Selain itu, kekurangan zat gizi mikro seperti anemia juga masih tinggi. Data menunjukkan bahwa 1 dari 2 Ibu hamil mengalami anemia (48 persen). ”Di sisi lain, Indonesia juga dihadapkan pada permasalahan gizi lebih (obesitas) terutama pada usia dewasa, baik pada pria maupun wanita dengan prevalensi obesitas pada wanita lebih tinggi dari pria. Data menunjukkan bahwa tingkat obesitas pada orang dewasa meningkat dari 14,8 persen menjadi 21,8 persen dan prevalensi berat badan berlebih juga meningkat dari 11,5 persen di 2013 ke 13,6 persen di 2018,” katanya.
Kondisi pandemi saat ini menghadirkan tantangan tersendiri karena adanya perubahan gaya hidup dan kondisi lingkungan. Pembatasan aktivitas keluar rumah yang dibarengi dengan peningkatan waktu berada di depan gadget, menyebabkan penurunan aktivitas fisik dan peningkatan konsumsi makanan, terutama makanan siap saji dan pangan olahan yang dipesan secara online. ”Kondisi ini dapat menjadi faktor risiko terjadinya obesitas, yang kedepannya dapat berdampak pada peningkatan penyakit tidak menular dan beban ekonomi negara,” tukasnya.