Sampai minggu lalu sudah 25.000 bag plasma konvalesen yang didistribusikan oleh PMI ke berbagai rumah sakit. Berarti sudah lebih 12.000 orang yang menerima transfusi konvalesen –salah satunya: saya.
Belum lagi yang tidak lewat PMI. Beberapa rumah sakit kini mempunyai peralatan processing plasma konvalesen sendiri.
“Assalamu’alaikum…,” ujar Monica begitu tahu saya yang meneleponnyi. Saya terpana. Begitu fasih pengucapan salam itu. Belajar mengucapkan salam dalam bahasa Arab di mana?
“Sejak kecil saya diajarkan untuk fleksibel,” ujar Theresia Monica. Itu karena Monica lebih banyak hidup di lingkungan non-Tionghoa.
Sebenarnya Monica lahir di Purwokerto. Tapi ketika masih kecil ayahnyi pindah tugas ke Cirebon. Ayah Monica, Budi Rahardjo, pegawai distributor obat: detailer. Yang profesi itu, kala itu, dikenal memiliki ciri khas yang kuat: berkendaraan Vespa. Tebaklah siapa pun yang naik Vespa kala itu –hampir pasti benar: bahwa orang itu adalah detailer.
Sang ayah juga mengajarkan karakter pada Monica –anak tunggal Budi Rahardjo. Ketika teman-teman sang ayah beli mobil, ayah Monica tetap naik Vespa. Rumahnya pun sederhana –untuk ukuran seorang detailer. “Rumah kami dekat sawah. Waktu kecil saya sering main di sawah,” ujarnyi. “Karena itu waktu kecil warna kulit saya agak dongker,” kata Monica.