indoposonline.id-Sebuah film berjudul Tarian Lengger Maut akan hadir di tanah air pada momen libur Idul Fitri, tepatnya mulai 13 Mei 2021. Film bergenre misteri dan thriller tersebut akan mengobati rasa rindu penonton untuk nonton layar lebar di bioskop yang sempat terganggu akibat pandemi Covid-19.
Yongki Ongestu yang menyutradarai film Tarian Lengger Maut mengatakan, film tersebut merupakan proyek film layar lebar pertamanya. Sebelumnya, pada 2017 dirinya memproduksi film pendek bergenre fantasy dengan judul End of Black Era.
Menurut Yongki, film Tarian Lengger Maut menceritakan tentang misteri yang terjadi di Desa Pageralas. Satu persatu warganya menghilang secara misterius setelah kehadiran seorang dokter beranama dr Jati (Refal Hady). Awalnya masih belum diketahui apa hubungan kehadiran dr Jati dengan berbagai insiden yang terjadi di desa tersebut.
Di satu sisi, ketia dr Jati hadir di desa tersebut berlangsung ritual Indang seorang penari Lengger bernama Sukma (Della Dartyan). Indang dipercaya sebagai kekuatan dari penari Lengger untuk dapat mempesona penontonnya dan sebagai kekuatan untuk perlindungan diri.
Dr.Jati sendiri terpesona dengan tarian Sukma hingga jantungy berdebar-berdabar. Dirinya pun sampai terganggu dengan suara detak jantungnya sendiri ketika menonton tarian Sukma. Sampai suatu saat, Sukma mengetahui tentang obsesi gelap sang dokter.
”Gagasan awal penggarapan film ini ketia saya sempat keliling ke Purwokerto mendengar ada suatu budaya yang berkonotasi negatif. Kita tidak ingin merubahnya, tapi ingin memperlihatkan dari prespektif yang positif,” cetus Yongki yang didampingi oleh Aryanna Yuris selaku salah satu produser film Tarian Lengger Maut, kepada wartawan via daring pada Jumat (23/4/2021).
Selain cerita misteri, salah satu kekuatan dari Tarian Lengger Maut adalah tampilan sinamatografi yang ciamik. Hal tersebut tentu tak terlepas dari skill Yongki sendiri yang berlatar belakang fotografer.
Yongki mengatakan, syuting film ini diambil di kaki Gunung Slamet yang melibatkan total 120 pemeran. Yaitu mulai dari pemeran utama, pemeran pembantu sampai figuran. ”Ada lima orang pemeran utama, dan 15 pemeran pembantu,” cetusnya. Menariknya, mayoritas crew film ini adalah pekerja kreatif dari Banyumas, Jawa Tengah. ”Film ini juga merupakan film pertama bagi sebagian besar tim produksi kami,” ungkap Yongki.
Menurut Yongki, awalnya film ini diberi judul Detak. Tetapi pada April 2021 melalui Instagram resmi diumumkan judul film diganti menjadi Tarian Lengger Maut. Proyek film Tarian Lengger Maut merupakan hasil kerja bareng antara Aenigma Picture yang merupakan rintisan Yongki Ongestu sendiri dan Visinema Pictures.
”Saya dirikan Aenigma Picture pada tahun 2012 dari passion untuk audio visual storytelling yang berkualitas dengan keyakinan untuk membawa direct impact kepada pekerja kreatif modern maupun tradisional. Melalui film layar lebar pertama, Tarian Lengger Maut, Aenigma Picture berharap bisa membawa dampak positif kepada seniman tradisional dan pekerja film daerah yang terlibat,” cetusnya.
Yongki mengungkapkan, film ini merupakan produksi film pertama di Indonesia yang menerapkan zero waste movement. Tim produksi berkomitmen untuk mengurangi sampah yang dihasilkan dalam produksi. Langkah tersebut sebagai bagian dari apresiasi budaya dan daerah di mana film tersebut diambil,
”Tim produksi menukar pemakaian alat makan dan gelas sekali pakai dengan peralatan yang dapat digunakan kembali. Air mineral dalam kemasan ditiadakan dan botol minum dibagikan ke crew dan pemain untuk mengisi ulang air minum,” bebernya.(mbs)