Saat kelas 3 SMA, Elizabeth bertemu laki-laki berumur 38 tahun. Beda umur, jauh. Beda warna kulit, jauh. Beda budaya, jauh.
Nama laki-laki itu: Ramesh Balwani. Orang Pakistan berdarah India. Ia diajak orang tuanya pindah ke India, lalu ke Amerika Serikat.
Balwani kuliah komputer di Stanford University lalu mengambil MBA di University of California Berkeley, tidak jauh dari San Francisco.
Balwani sudah punya istri –beda bangsa, beda kulit, beda budaya: Keiko Fujimoto. Dia seorang seniman di California yang keturunan Jepang.
Tahun itu Balwani bertemu Elizabeth.
Tahun itu Balwani menceraikan Keiko.
*
Elizabeth tidak takut laki-laki asing dari India. Dia hanya takut jarum suntik.
Ketakutannya itulah yang menjadi inspirasi untuk memulai bisnis. Sambil kuliah Elizabeth melahirkan ide ini: tes darah tanpa mengambil darah.
Lahirlah Theranos –singkatan dari therapy and diagnosis. Awalnya terpikir juga untuk memberi nama start-up itu Real Time Cures. Tapi kata ”cure” dianggap terlalu umum: apanya yang dirawat. Kurang spesifik diagnose.