“Ita Martadinata itu sengaja dibunuh oleh sistem politik,” ujar Fatia Nadia. “Ita bukan dibunuh Otong, pembantu rumah tangga. Otong itu hanya dikorbankan,” ujar Fatia di Zoom tersebut.
Fatia adalah relawan untuk mengurus korban kerusuhan Mei 1998. Waktu itu bersama Romo Sandiawan –yang sekarang bukan Romo lagi karena sudah menikah.
Ita adalah korban kerusuhan itu. Dia anak pengusaha mebel. Ibunya seorang aktivis perempuan.
Kenapa Ita dibunuh?
Menurut Fatia, Ita akan berangkat ke Jenewa. Di sana Ita akan memberikan kesaksian sebagai wanita korban kerusuhan Mei. “Ita sudah latihan bagaimana membacakan teks kesaksiannyi,” ujar Fatia.
Fatia sendiri yang membimbing Ita cara-cara bersaksi di lembaga internasional. Kesaksian itu akan disampaikan dalam tiga bahasa: Indonesia, Inggris, dan Mandarin.
Fatia memang terus berjuang untuk menegakkan hak-hak asasi manusia dan hak-hak perempuan. Dia pula yang pertama menjadi ketua lembaga hak-hak perempuan di Indonesia.
Itu, menurut Fatia, merupakan hasil pertemuan tokoh-tokoh pejuang hak wanita dengan Presiden B.J. Habibie. “Presiden Habibie menyatakan percaya 100 persen adanya pemerkosaan pada wanita-wanita Tionghoa di peristiwa Mei,” ujar Fatia.