indoposonline.id – Kapasitas rumah sakit di Sumatera Selatan (Sumsel) hampir mencapai batas maksimum. Wisma atlet Jakabaring di Palembang bisa disiapkan untuk tempat isolasi pasien Covid19, sama seperti wisam atlet Jakarta.
Sumatera Selatan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian memberi sinyal kepada Pemprov Sumatera Selatan (Sumsel), agar menyiapkan kembali Wisma Atlet Jakabaring untuk isolasi kasus COVID-19. Hal itu disebabkan
Saat meninjau RSUD Bari Palembang, Minggu (2/5/2021), Mendagri mengatakan keterisian tempat tidur untuk pasien COVID-19 di Sumsel mencapai 65 persen dan termasuk paling tinggi di Indonesia saat ini.
“Rumah sakit-rumah sakit harus menambah kapasitas tempat tidur, kalau sudah maksimal dan tidak bisa ditambah maka siapkan Wisma Atlet, Sumsel beruntung punya Wisma Atlet,” kata Mendagri melalui keterangan tertulisnya, Minggu (2/5/2021).
Menurutnya, Wisma Atlet di Palembang dapat difungsikan seperti Wisma Atlet di Jakarta dalam menampung pasien COVID-19. Pemprov Sumsel perlu menyiapkan sarana dan prasarana guna mengantisipasi peningkatan kasus positif.
Sebelumnya, Wisma Atlet Jakabaring pernah difungsikan untuk karantina kasus COVID-19 gejala ringan pada awal-awal kemunculan COVID-19, terdapat 300 kamar yang digunakan saat itu.
Data Dinkes Sumsel per 1 Mei 2021 mencatat kapasitas tempat tidur pasien COVID-19 di 56 rumah sakit di Sumsel telah terisi 882 unit dari total 1.560 unit yang disediakan.
Sebanyak 882 unit tersebut dibagi atas tempat tidur untuk pasien di ruang ICU yang terisi 58 unit atau 46 persen dari 126 unit ketersediaan, serta tempat tidur isolasi yang terisi 824 unit atau 57 persen dari total 1.434 unit.
Beberapa rumah sakit bahkan telah melebihi keterisian 80 persen, di antaranya RS Charitas Palembang (81 persen), RS Siti Khadijah Palembang (82 persen), RS Pelabuhan Palembang (84 persen), dan RSUD Ogan Komering Ulu Timur (88 persen).
Tito memberikan “lampu kuning” terkait dengan keterisian rumah sakit di Sumsel karena sudah mengkhawatirkan. Apalagi, Sumsel saat ini berada di peringkat pertama dalam hal tren peningkatan kasus aktif serta disebut menjadi perhatian Presiden.
“Artinya tren percepatan kenaikan penularan Sumsel saat ini nomor satu, itu yang mengakibatkan tingkat kedatangan kasus ke rumah sakit meningkat,” ujarnya.
“Tingkat kematian nasional 2,7 persen, sedangkan Sumsel 4,7 persen dan itu termasuk tinggi,” kata dia.
Ia juga mengimbau 17 kepala daerah di Sumsel terus memantau perkembangan empat indikator COVID-19, yakni kasus aktif, angka kesembuhan, angka kematian, dan keterisian rumah sakit (BOR).