“Kenyataannya 360 derajat sebaliknya,” tulis warga Nganjuk lainnya. Mungkin maksudnya 180 derajat. Saking kesalnya, sampai derajat pun dilebih-lebihkan.
Sepanjang hari kemarin WA saya ikut dipenuhi soal penangkapan itu. Isinya masih begini dan begitu. Ada yang menilai penangkapan tersebut sudah tepat. Ada pula yang menyebut itu sandiwara.
Mungkin tulisan ini sebaiknya jangan dibuat dulu. Baiknya menunggu keterangan lebih lanjut. Terutama soal pungutan yang terkait jabatan itu. Apalagi, jabatan yang jadi objek hanya tingkat aparat kecamatan.
Sudah begitu mata gelapnyakah? Bukankah bisa menduga bahwa pungutan seperti itu akan dengan mudah terbongkar? Sebodoh itu cari uang? Bukankah ia pengusaha yang kelasnya bukan pungutan jabatan setingkat aparat di kecamatan?
Atau, apa yang lagi terjadi?
Saya sulit memahaminya.
Soal uang ratusan juta rupiah yang disita, kata seorang teman bupati, itu diambil dari brankas pribadi bupati. Yakni, uang untuk persiapan hadiah Lebaran.
Tapi, kalau benar bupati Nganjuk melakukan korupsi seperti itu, ia bupati kedua yang masuk pusaran korupsi. Ia juga orang kesekian yang tiba-tiba tidak bisa Lebaran di rumah karena ditahan.