Ipol.idIpol.id
Aa
  • Home
  • News
  • Nasional
    • Jabodetabek
    • Jakarta Raya
    • Nusantara
  • Internasional
  • Politik
  • Hukum
  • Kriminal
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Si Ipol
  • Opini
  • More
    • Video
    • Gaya hidup
    • Sosok
    • Tekno/Science
    • Galeri
    • Indeks Berita
Reading: Ayam di Indonesia Ternyata Punya Nenek Moyang dari Thailand
Share
Ipol.idIpol.id
Aa
Cari berita disini...
  • Home
  • News
  • Nasional
    • Jabodetabek
    • Jakarta Raya
    • Nusantara
  • Internasional
  • Politik
  • Hukum
  • Kriminal
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Si Ipol
  • Opini
  • More
    • Video
    • Gaya hidup
    • Sosok
    • Tekno/Science
    • Galeri
    • Indeks Berita
Follow US
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Standar Perlindungan Profesi Wartawan IPOL.ID
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Ipol.id > Headline > Ayam di Indonesia Ternyata Punya Nenek Moyang dari Thailand
HeadlineTekno/Science

Ayam di Indonesia Ternyata Punya Nenek Moyang dari Thailand

Iqbal
Iqbal Published 20 Jun 2021, 20:06
Share
3 Min Read
SHARE

indoposonline.id – Berdasarkan hasil penelitian, ayam-ayam yang sekarang berkembang biak di Indonesia diketahui berasal hanya dari satu jenis spesies ayam. Yakni, ayam hutan merah atau dalam bahasa latin-nya Gallus gallus.

Ayam ini ditengarai berasal dari Thailand. Namun, dikarenakan keragaman ekosistem dan local wisdom di Indonesia, ayam hutan merah tersebut kemudian mengalami evolusi menjadi berbagai jenis ayam lokal sebagaimana yang dapat kita saksikan sekarang ini. Evolusi ini diperkirakan terjadi beberapa puluh bahkan sampai ratusan tahun yang lalu.

Hal itu terungkap dalam bedah buku virtual berjudul Karakteristik dan Keragaman Genetik Ayam Lokal Indonesia yang ditulis Prof Budi Setiadi Daryono dan Ayudha Bahana Ilham Perdamaian, dalam rangka Dies Natalis Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) ke-66.

Sekarang ini, Indonesia tercatat memiliki 33 jenis ayam lokal yang tersebar di seluruh Nusantara. 33 jenis ayam tersebut kemudian terbagi kepada klasifikasi spesifik dan non-spesifik. Klasifikasi spesifik seperti; Balengek dari Sumatera, Pelung dari Cianjur, Kalosi dari Sulawesi, Gaok dari Jawa Barat, dan lain sebagainya.

Baca Juga

Ketua DPRD DKI Jakarta, Khoirudin.
Ketua DPRD DKI Apresiasi Peningkatan Anggaran untuk Kesehatan dan Pendidikan di APBD-P 2025
Srikandi Demokrat Harap Perda Pendidikan Jadi Jaminan Anak di Jakarta Tak Putus Sekolah
ITB Juara 1 PODC Kompetisi Internasional Oil and Gas Intellectual Parade 2025

Sedangkan, contoh dalam klasifikasi non-spesifik ialah ayam kampung. Karena secara genetik tidak bisa diklasifikasikan, sebab berasal dari berbagai genetik ayam.

Ayam lokal Indonesia ini, sebagaimana yang diketahui, memiliki kekayaan rasa yang luar biasa dan sangat spesifik. Oleh karena itu, mengonsumsi ayam lokal menjadi salah satu kegemaran masyarakat, dan kegemaran ini diketahui terus mengalami peningkatan seiring berjalannya waktu.

Sayangnya, hal tersebut merupakan sebuah kabar buruk. Sebab, karakteristik ayam lokal sejatinya memiliki tingkat perkembangbiakkan yang rendah. Akibatnya tidak mampu mengimbangi laju konsumsi masyarakat. Ayam-ayam lokal tersebut kemudian diperkirakan bakal mengalami kepunahan.

“Karena kalau kita mengandalkan ayam kampung dan ayam lokal kita yang kemampuan reproduksinya juga rendah, kemampuan pertumbuhan dan perkembangan-nya juga rendah. Bisa-bisa, ayam kampung kita dan ayam lokal kita habis, kalau digunakan untuk ayam konsumsi,” tutur Prof Budi seperti ditulis website resmi UGM.

Oleh karena itu, buku karya Prof Budi Setiadi dari Fakultas Biologi UGM ini kemudian juga berisikan cerita perjalanan riset terkait ‘Gama Ayam’. Gama Ayam sendiri merupakan sebuah contoh penelitian sukses dalam upaya penyelamatan ayam-ayam lokal dari kepunahan.

Gaya Ayam merupakan ayam hibrida atau persilangan ayam lokal dengan ayam dengan tingkat perkembangbiakkan tinggi. Dalam hal ini, ayam yang dipersilangkan adalah ayam lokal pelung dari Cianjur dan ayam broiler. Setelah dilakukan penelitian selama lebih kurang 7 tahun lamanya, Gama Ayam berhasil menjadi seekor “Ayam Super” yang dalam waktu tujuh pekan sudah bisa mencapai bobot 1,5 kg, atau sudah bisa dipanen.

Sejak tahun 2016, “Ayam Super” Gama Ayam ini telah diserahkan pengembangbiakkan serta pengolahan-nya kepada masyarakat desa binaan Fakultas Biologi UGM, yakni Desa Beji di Kabupaten Gunung Kidul, DIY.

GN

Follow Akun Google News Ipol.id

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami
TAGGED: pendidikan, penelitian, perguruan tinggi, UGM
Iqbal 20 Jun 2021, 20:06
Share this Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp LinkedIn Telegram Copy Link
Previous Article Tiga Pilar di Jakarta Utara Kompak Patroli Penegakkan PPKM
Next Article Juara MotoGP Jerman, Marc Marquez Pecah Telur Seusai Cedera

TERPOPULER

TERPOPULER
Thom Haye dan Jay Idzes di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta Pusat. (Dok.PSSI).
HeadlineOlahraga

Andalan Timnas Indonesia, Thom Haye, Nathan Tjoe-A-On, Justin Hubner Masih Menggagur

Olahraga
Even Maraton Patriot Run Indonesia Emas, Targetkan 10 Ribu Peserta dan Perebutkan Total Hadiah Rp 338 juta
08 Jul 2025, 17:59
HeadlineOlahraga
Duka Bobotoh: Ditahan Imbang Dewa United, Persib Bandung Tersingkir Lebih Cepat di Piala Presiden 2025
08 Jul 2025, 22:30
Ekonomi
Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil di Tengah Ketidakpastian Geopolitik Global
08 Jul 2025, 17:34
Nusantara
Pabrik Karet Remah Pertama di Aceh Beroperasi, Bakal Dongkrak Ekonomi Petani dan Warga Sekitar
08 Jul 2025, 16:02
Ipol.idIpol.id
Follow US

IPOL.ID telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor 1084/DP-Verifikasi/K/IV/2023
https://dewanpers.or.id/data/perusahaanpers

Copyright © IPOL.ID. All Rights Reserved.

  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Standar Perlindungan Profesi Wartawan IPOL.ID
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Logo Ipol.id Logo Ipol.id
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?