Gus Dur memang sayang sekali ke Bingky. Akhirnya Bingky lebih sering tinggal di Jakarta. Agar dekat dengan Gus Dur. “Sampai Pak Bingky dikontrakkan rumah sederhana oleh Gus Dur,” ujar Ny Bingky.
“Yang bayar kontrakan siapa?” tanya saya.
“Ya Gus Dur lah. Mana Pak Bingky punya uang,” ujarnyi.
“Kontrakan rumahnya di mana?”
“Pindah-pindah,” tambahnyi.
Ada satu hal yang menyatukan tokoh Konghucu ini dengan tokoh NU itu: kepercayaan Jawa. Keduanya cocok sekali kalau sudah bicara soal kejawen.
“Anda bisa berbahasa Mandarin?” tanya saya pada Mas Agus, putra sulung Pak Bingky.
“Mboten saget,” jawabnya. “Menawi boso Jowo kulo ngertos,” tambahnya.
Bingky punya anak 4 orang. Semuanya tidak ada yang bisa bahasa Mandarin. Mereka hidup secara Jawa. “Saya juga tidak bisa Mandarin,” ujar sang istri.
“Ibunda Pak Bingky itu wanita Jawa asli. Ayah Pak Bingky yang Tionghoa totok,” ujar Ny Bingky.
Bingky lahir di Surabaya. Dengan nama bayi Po Soen Bing. Sedang istrinya kelahiran Tuban.
Nama Bingky juga tidak bisa dipisahkan dengan perjuangan Imlek Nasional.