Semasa Gus Dur jadi presiden, Bingky sering ke istana. Biasanya bersama Budi Tanujaya dan Chandra.
“Pernah, kami bertiga, jam 4 pagi berangkat ke Istana,” ujar Budi Tanujaya kepada saya tadi malam. Di perjalanan mereka bicara-bicara: apa yang harus disampaikan ke presiden.
“Kita harus bikin Imlek Nasional,” ujar Budi Tanujaya. Mereka setuju.
Imlek, sampai hari itu masih dilarang untuk dirayakan.
Di Istana, soal Imlek itu disampaikan ke Presiden Gus Dur. “Beliau langsung setuju. Bahkan Imleknya beliau minta harus dua kali,” kata Budi Tanujaya. “Imleknya di Jakarta. Cap Go Meh-nya di Surabaya,” ujar Gus Dur seperti ditirukan Budi Tanujaya. Dua-duanya dihadiri presiden.
Natal saja satu kali. Kristen dan Katolik harus jadi satu. Waisak juga satu kali. “Imlek langsung dua kali,” ujarnya lantas tertawa.
Budi Tanujaya kenal Gus Dur sejak lama. Ketika Budi punya proyek menerbitkan ensiklopedia Indonesia. Mereka sudah sering diskusi. “Gus Dur yang akan mengisi bab tentang Islam,” ujar Budi. Tapi Gus Dur tidak punya cukup waktu. Lantas digantikan Dr. Nurcholish Madjid. Akhirnya tokoh pembaharu Islam lainnya, Johan Effendi, yang menulis di Ensiklopedia 18 jilid itu.