indoposonline.id – Praktisi Hukum Kapitra Ampera ikut mengomentari polemik sejumlah pertanyaan dalam Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ada sejumlah pertanyaan yang menjadi sorotan antara lain lebih pilih Al Quran atau Pancasila?.
Menyikapi itu, Kapitra berpendapat, pertanyaan itu muncul sebagai alat ukur psikologi seseorang. “Itu sebagai alat ukur psikologi seseorang saja. Ketika seseorang berhadapan dengan hal-hal yang tidak menyenangkan atau konflik, bagaimana bisa keluar dari persoalan itu secara profesional,” ucap Kapitra saat dihubungi indoposonline.id, Sabtu (5/6).
Dalam TWK, psikologi seseorang memang harus diketahui. Apalagi bagi para pegawai KPK yang mau beralih statusnya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
“Oleh karena itu, psikologi seseorang itu perlu diuji untuk mengetahui sejauhmana dapat keluar dari bentuk tekanan. Apakah itu tekanan pribadi, institusi atau bentuk intervensi,” ujarnya.
Lantas, politisi PDIP itu pun menyesalkan adanya pihak-pihak yang mempersoalkan pertanyaan yang muncul tersebut. Apalagi, pernyataan tersebut dibuat (framming) seakan-akan tidak relevan dalam asesmen TWK.