indoposonline.id – Penelitian terbaru mengungkap kaum hawa yang terkena COVID-19 cenderung lebih lama membutuhkan waktu penyembuhan dibanding laki-laku. Perbandingannya mencapai 4:1.
Pada bulan Juni 2020, ketika laporan pertama tentang COVID panjang mulai menyebar ke komunitas medis, para dokter mulai melihat tren yang tidak biasa. Untuk kasus akut, terutama yang dirawat di rumah sakit karena kebanyakan adalah laki-laki dan berusia di atas 50 tahun. Sedangkan penderita COVID-19 yang waktu penyembuhannya lama relatif usia muda dan sebagian besar adalah kaum perempuan.
Selama 12 bulan terakhir, kecenderungan gender yang serupa telah menjadi jelas di seluruh dunia. Dari pasien yang lama dipantau oleh rumah sakit di Bangladesh dan Rusia hingga aplikasi Pelacak Gejala COVID, dari studi Fosfor-Covid di seluruh Inggris, hingga catatan medis dari klinik perawatan pasca-COVID spesialis di seluruh AS maupun Inggris, gambaran terus-menerus muncul tentang wanita muda hingga setengah baya yang rentan secara tidak proporsional.
Dr Sarah Jolley, yang menjalankan klinik perawatan pasca-COVID UCHealth di Aurora, Colorado, AS, mengatakan kepada Observer bahwa sekitar 60% pasiennya adalah wanita. Di Swedia, peneliti Karolinska Institute Dr Petter Brodin, yang memimpin long long Covid dari konsorsium global Covid Human Genetic Effort, menduga bahwa proporsi keseluruhan pasien perempuan lama mungkin lebih tinggi, berpotensi 70-80%.
“Pola ini telah terlihat pada sindrom pascainfeksi lainnya,” kata Dr Melissa Heightman, yang menjalankan klinik perawatan pasca-COVID UCLH di London utara.
“Sekitar 66% pasien kami adalah wanita. Banyak dari mereka bekerja penuh waktu, memiliki anak kecil, dan sekarang lebih dari seperempat dari mereka benar-benar tidak dapat bekerja karena mereka sangat tidak sehat. Secara ekonomi, ini bencana,” papar Heightman dilansir The Guardian.
Seperti yang ditunjukkan oleh Heightman, ini bukan tren baru dalam hal penyakit menular. Melainkan tren yang secara historis diabaikan.
Wanita diketahui empat kali lebih mungkin terkena ME/CFS (myalgic encephalomyelitis, atau sindrom kelelahan kronis), suatu kondisi yang diyakini memiliki asal infeksi pada sebagian besar kasus. Sementara penelitian juga menunjukkan bahwa pasien dengan penyakit Lyme kronis secara signifikan lebih mungkin terjadi pada perempuan.