indoposonline.id – Presiden Haiti, Jovenel Moise, dibunuh secara keji di kediamannya oleh sekelompok pria bersenjata yang diduga pasukan DEA, AS. Istri Jovenel Moise juga ditemukan kritis.
Perdana Menteri Haiti sementara, Claude Joseph, berbicara di stasiun radio lokal mengonfirmasi tewasnya Moise, 53 tahun, oleh kelompok komando bersenjata yang melibatkan orang asing.
Menurut beberapa laporan dan video yang diterbitkan di Miami Herald dan lainnya, para pembunuh Moise mengaku sebagai anggota Administrasi Penegakan Narkoba AS (DEA) saat mereka memasuki kediaman Presiden Haiti yang dijaga.
The Guardian melaporkan, dalam video yang beredar di media sosial, seorang pria dengan aksen Amerika terdengar berkata dalam bahasa Inggris melalui megafon: “Operasi DEA. Semua orang berdiri. Operasi DEA. Semua orang mundur, mundur.”
“Ini adalah tentara bayaran,” kata seorang pejabat tinggi Pemerintah Haiti.
Warga juga melaporkan mendengar suara tembakan dan melihat pria berpakaian hitam berlarian di sekitar lingkungan kediaman Presiden Haiti.
Serangan itu terjadi di rumah Moise di distrik Pelerin 5 di Pétionville, sebuah daerah kaya dengan vila-vila besar dan rimbun di perbukitan di atas Ibu Kota Port-au-Prince. Kawasan ini punya reputasi lingkungan yang aman. Ini adalah area yang menurut kritikus Moise membuatnya enggan untuk pergi.
“Sekitar pukul satu dini hari, pada malam Selasa 6 hingga Rabu 7 Juli 2021, sekelompok orang tak dikenal, termasuk beberapa yang berbahasa Spanyol, menyerang kediaman pribadi presiden dan melukai kepala negara,” ungkap Joseph dalam sebuah pernyataan yang dikutip di media.
Mengutuk tidak manusiawi dan barbar ini, Joseph berusaha meyakinkan rakyat Haiti, dengan mengatakan, situasi keamanan di negara itu tetap tenang. Dia menambahkan, istri Moise, Martine, terluka parah dalam serangan.
Itu terjadi hampir 24 jam setelah Moise menunjuk perdana menteri baru, Ariel Henry, untuk mengambil alih sebagai kepala pemerintahan dan mempersiapkan negara itu untuk pemilihan presiden dalam dua bulan ke depan.
“Saya terkejut dan sedih atas kematian Presiden Moise,” kata Boris Johnson, Perdana Menteri Inggris, setelah mengetahui serangan itu. “Belasungkawa kami bersama keluarganya dan orang-orang Haiti. Ini adalah tindakan yang menjijikkan dan saya menyerukan ketenangan saat ini.”
Pembunuhan itu kemungkinan menjerumuskan negara Karibia yang miskin itu ke dalam kekacauan lebih lanjut setelah beberapa tahun penuh kerusuhan dan kekerasan politik. Kedutaan AS mengatakan akan ditutup pada hari Rabu karena situasi keamanan yang sedang berlangsung. Sementara Gedung Putih mengatakan Presiden, Joe Biden, akan diberitahu tentang serangan itu.
“Kami masih mengumpulkan informasi,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki, di MSNBC. “Saat ini kami masih menilai.”
“Ini adalah kejahatan yang mengerikan,” tambah Psaki dalam sebuah wawancara dengan CNN. “Kami siap dan mendukung mereka untuk memberikan bantuan apa pun yang dibutuhkan”.
Ketika rincian pembunuhan muncul, presiden Kolombia, Ivan Duque, juga meminta Organisasi Negara-negara Amerika untuk mengirim misi mendesak untuk “melindungi tatanan demokrasi di Haiti”.