Oleh : Dahlan Iskan
ADA tiga pakaian wanita di Afghanistan: burqa, niqab, dan hijab.
“Ibu Anda pakai yang mana?” tanya saya kepada Abdul Wali.
“Pakai yang hijab,” jawabnya.
Berarti wajah ibunda Wali masih terlihat. “Dua adik perempuan saya juga pakai hijab,” tambahnya.
Wali adalah mahasiswa S-2 di Institut Pesantren Kiai Haji Abdul Chalim (IKHAC) asal Afghanistan. IKHAC adalah perguruan tinggi baru yang didirikan Prof Dr KH Asep Abdul Khalim, di Pacet, di kaki gunung Penanggungan, pelosok Selatan Mojokerto, Jatim. Prof Asep adalah putra salah seorang pendiri NU KH Abdul Khalim asal Jawa Barat.
Institut ini berada di sebelah pondok pesantren Amanatul Ummah. Yang besar secara cepat sekali. Sudah lebih 50 hektare lahan kampus dan madrasah itu. (Disway, 4 Maret 2020: Kiai Haji Abdul Chalim).
Kini ada dua mahasiswa asal Afghanistan yang masih bertahan di situ. Beberapa mahasiswa lainnya sudah selesai S-1. Sudah kembali ke Afghanistan.
IKHAC memang memberi beasiswa kepada mahasiswa asing dari sembilan negara. Terutama dari Asia Tenggara: Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Vietnam.