Tentu tidak ada tahlil di Nahdlatul Ulama Afghanistan. Tidak ada walisongo di sana.
NU Afghanistan berdiri tahun 2010. Pendirinya Dr Fazal Ghani Kakar, ulama yang dekat dengan tokoh-tokoh NU Indonesia. “NU-A sudah punya cabang di beberapa kota,” ujar Wali.
Wali sendiri mendapat tawaran beasiswa di IKHAC dari jalur NU-A. Waktu itu ia sudah kuliah di University of Kabul. Ia ambil jurusan teknik sipil. Sudah semester 4. Ia ambil jurusan teknik karena Afghanistan kekurangan insinyur dan dokter.
“Saya minta saran dari para dosen dan keluarga. Mereka mendorong saya untuk menerima tawaran beasiswa itu,” ujar Wali.
Ia tidak tahu apa-apa tentang Indonesia kecuali dua hal: ibu kotanya Jakarta dan merupakan negara berpenduduk Islam terbesar di dunia.
Kini, setelah lima tahun di Pacet, Wali sudah mahir berbahasa Indonesia. Juga bahasa Jawa. “Saya kalau telepon ke keluarga sering terlupa pakai bahasa Indonesia,” katanya lantas tertawa.
Saya menemui Wali kemarin pagi di Pacet. Di asramanya. Lalu kami ngobrol di masjid kampus. Kami bersila di dekat bedug, Selama lebih 1 jam.