indoposonline.id – Baru-baru ini viral video di media sosial yang memperlihatkan fenomena alam awan lurus seperti membelah langit di Pacitan, Jawa Timur. Fenomena alam tersebut direspons banyak orang sebagai pertanda bakal ada bencana atau peristiwa besar.
“Menyikapi adanya tayangan bentuk awan unik berbentuk lurus di Pacitan dalam salah satu akun YouTube dan sempat viral kemarin, maka ada 2 dugaan terkait jenis awan tersebut,” kata Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono, merespons viralnya video awan membelah langit Pacitan, Minggu (8/8).
Dugaan pertama, fenomena alam itu merupakan roll cloud atau awan gulung. “Awan ini termasuk langka tetapi memang beberapa kali terjadi di beberapa tempat,” tulisnya.
“Awan ini (terbentuk) karena ada pertemuan 2 masa udara dan kelembaban/kandungan uap air yang berbeda, dua hal yang mungkinkan, dipengaruhi oleh pertemuan angin regional dengan angin laut/darat atau terbentuk pada garis front dua masa udara yang berbeda kandungan uap airnya,” jelas Daryono.
Kemungkinan kedua, sambung Daryono alam akun media sosialnya, awan ini terbentuk oleh contrail pesawat jet. Namun biasanya jejaknya relatif kecil diameternya dengan garis awannya lebih kuat dengan warna latar langitnya.
“Contrail ini umurnya sangat pendek biasanya dalam skala menit bisa hilang, bentuknya mirip awan cirrus,” ujarnya.
Dia menambahkan, adanya beberapa dugaan ini disebabkan lantaran tayangan video awan di Pacitan tersebut kurang jelas. “Yang pasti awan tersebut merupakan fenomena atmosferik biasa dan bukan merupakan pertanda akan terjadi sesuatu yang luar biasa, misal akan terjadi gempa besar atau bencana lainnya,” tulisnya lagi.
Karena itu, dia mengimbau kepada masyarakat tetap tenang dan tidak mudah percaya dengan isu yang berkembang dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. “Selama ini memang sebagian masyarakat kita ada yang menduga bahkan percaya adanya kaitan antara bentuk awan lurus di langit dengan pertanda akan terjadi gempa,” tambahnya.
“Dugaan dan pendapat ini sebenarnya masih sangat spekulatif karena belum ada kajian ilmiah yang membuktikan kebenarannya dan secara empirik belum terbukti,” ucap Daryono.