Saya pun minta maaf ketika tiba-tiba ada komentar yang menemukan kesalahan saya: wanita kan harus ditulis ”dia”, kok ditulis ”ia” –kata ganti yang mestinya untuk laki-laki.
Saya juga minta maaf kadang memilih terlalu banyak ”komentar terbaik”. Mengapa tidak satu saja. Itu sebenarnya rahasia. Tapi ya sudahlah, saya ungkapkan saja di sini: itu cara saya untuk memaksakan diri agar membaca semua komentar tanpa harus berpikir keras! Bayangkan kalau saya harus hanya memilih 1 komentar. Pusing. Kalau saya dipaksa seperti itu lebih baik diserahkan saja ke dewan komentar –suatu saat nanti.
Toh sebanyak apa pun yang terpilih tidak harus memberi hadiah –entah sampai kapan.
Misalnya di edisi kemarin (yang dimuat hari ini). Bagaimana bisa tidak memilih banyak. Baru mulai membaca komentar pertama sudah langsung ketemu yang bagus.
Tapi, please, info pabrik kontainer itu penting sekali. Itu akan menyadarkan pada kita soal tahapan industrialisasi di negara kita.
Kita, dulu, pernah hampir menjadi negara industri. Tahapan itu mandek ketika terjadi reformasi. Negara melemah. Rakyat menguat. Demo tak terkendali. Mogok buruh pun menakutkan –karena disertai sweeping dan perusakan. Pohon-pohon ikut ditebang. Perkebunan dijarah. Dan seterusnya.