Akan tetapi menurut Capt. Hakeng seringkali terjadi kesalahan mendasar dari pola pikir kita, dimana kita sudah merasa Ini merupakan pilihan terbaik dari teori-teori terbaik yang sudah ada. Kita sudah refer kepada contoh-contoh sukses story negara-negara dan perusahaan-perusahaan yang berhasil. Satu hal yang mereka lupa. Kita ini negara Indonesia, Bangsa Indonesia sangat berbeda dengan negara-negara tersebut.
“Kita ini Bangsa Maritim. Bangsa Maritim itu bukan sekadar Bangsa yang pandai menyanyikan Nenek Moyangku adalah seorang Pelaut tanpa tahu makna dan faedahnya,” tegasnya.
Capt. Hakeng menyebutkan untuk mencapai kedaulatan energi perlu dipikirkan secara matang mengenai roadmapnya. Dia mengambil contoh daerah Wayame dan Saumlaki. “Dari sini saya bisa menceritakan betapa Jarak Wayame ke Saumlaki sejauh 650 km (Hampir sama dengan jarak Jakarta ke Surabaya), mau pakai apa untuk menciptakan kedaulatan energi disana?” tanyanya.
“Pakai kabel laut dikirim listriknya dari Wayame? Sudah jaraknya 650 km, lalu kedalaman lautnya pun bisa mencapai 3 ribu meter lebih. Mau diusahakan sendiri saja dengan membuat pembangkit listrik Mandiri? Tidak akan mudah dan pastinya secara kajian keekonomian sangat sulit. Karena penduduknya hanya ada 8000an jiwa. Satu-satunya alternatif yang masuk akal saat ini adalah dengan mengirimkannya melalui kapal-kapal,” jelasnya. (rob)