Honesti menegaskan, jika dilihat penjualan bersih perusahaan di luar penugasan pandemi Covid-19, kinerja Holding BUMN Farmasi masih on the track, meski masih menghadapi tantangan untuk penjualan ekspor, karena adanya lockdown di beberapa negara penerima produk Holding BUMN Farmasi, khususnya vaksin. Demikian juga dengan penjualan dalam negeri sektor pemerintah, sesuai dengan instruksi pemerintah, bahwa saat ini, fokus pada vaksin Covid-19, termasuk dengan obat-obatan, yang digunakan untuk penanganan Covid-19.
“Untuk Bio Farma sendiri, penjualan kami tanpa penugasan Covid-19, masih bisa mencapai Rp985 miliar, yaitu mencapai 84,39% dari yang ditargetkan pada semester I 2021. Pencapaian ini terdiri dari penjualan ekspor yang mencapai Rp 549 miliar, dan untuk penjualan dalam negeri (pemerintah), mencapai Rp 66,39 miliar, atau baru terealisasi 59,8% dari yang dianggarkan,” ungkap Honesti.
Honesti menambahkan, Bio Farma dalam menghadapi pandemi, berhasil menciptakan inovasi produk berupa kit diagnostik untuk mendeteksi virus Covid-19, berupa Rapid Test polymerase chain reaction (RT-PCR) yang diluncurkan pada Semester I tahun 2020 oleh Presiden Joko Widodo. Inovasi yang dihasilkan dari hasil kolaborasi bersama startup, yang sudah memenuhi gold standard RT-PCR kit. RT-PCR ini juga dilengkapi dengan media VTM (Viral Transport Media) yang dibuat dan diproduksi secara mandiri oleh Bio Farma.